Jasa Keuangan Syariah Semakin Membaik

Jasa Keuangan Syariah  Semakin Membaik

Palu-Sektor jasa keuangan Syariah mencatatkan perkembangan yang semakin membaik kurun waktu dua tahun terakhir. Hal itu dikemukakan oleh Kepala Deputi Perwakilan Bank Indonesia (BI), Sulawesi Tengah Indratmoko, saat menjadi pembicara pada Roadshow Seminar Nasional Ikatan Ahli Ekonomi Islam yang digagas oleh DPP IAEI dan Unisa dua hari lalu.

Dia mengatakan, tahun 2019 industri keuangan Indonesia tumbuh 99,23 persen per tahun, aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk saham syariah) telah mencapai 1.315,7 triliun atau sekitar 92,27 milyar US Dolar yang terdiri dari perbankan syariah, industri keuangan syariah, dan pasar modal syariah.

Meski demikian, kata Indratmoko, inisiatif pengembangan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia tidak hanya fokus pada pengembangan industri keuangan, namun lebih dari itu, pengembangan juga menyentuh area industri halal, keuangan sosial Islam, Pendidikan Islam, dan lain sebagainya.

Menurutnya, tahun 2019, Indonesia mulai meningkatkan peran sebagai pemain di pasar global, pada industri halal, Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada kategori wisata halal dan fashion halal. Selain itu, Indonesia juga menduduki peringkat pertama global dunia sebagai destinasi wisata halal seperti dirilis Global Muslim Trapel Indeks baru-baru ini.

Potensi dan capaian tersebut kata Indratmoko sekaligus menjadi tantangan. Sebab pengembangan industri halal yang terencana harus dikomunikasikan dengan pemangku kepentingan karena akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, baik sektor riil maupun produk keuangan.

“dalam islam, seluruh aspek kehidupan saling berkaitan, setiap segmen kehidupan harus selaras, sehingga nilai-nilai sistem ekonomi harus berjalan seiring dengan kehidupan masyarakat,”katanya.

Menurutnya, disamping aspek komersial, aspek sosial juga merupakan bagian penting dalam ekonomi dan keuangan syariah, antara lain melalui intrumen zakat, infaq, sadaqah, wakaf, haji, dan lain sebagainya.

Dia mengatakan, berdasarkan data dari Amil Zakat Nasional, pengumpulan zakat nasional 2018 mencapai Rp 8,1 Triliun, atau meningkat 31, 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya 2017. Sedangkan dokumentasi tentang wakaf terus mengalami perbaikan sistem pencatatan.

“Capaian-capaian yang disebutkan, tentu tidak dapat dipisahkan dari peran dan kolaborasi yang baik dari seluruh pihak, terlebih tahun 2019 dengan terbentuknya Komite Nasional Keuangan Syariah yang mengkoordinasikan dan mengkolaborasikan semua pemangku kepentingan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia,”jelasnya.

Ia mengharapkan akselarasi keuangan dan ekonomi syariah dapat dirasakan manfaatnya lebih banyak lagi bagi pelaku industri syariah secara khusus dan ekonomi nasional secara umum.

Begitu juga halnya dengan edukasi sosial jasa ekonomi dan keuangan syariah pada masyarakat harus terus menerus dilakukan.

Terkait dengan perekonomian di Sulawesi tengah, dari sisi kegiatan produksi, Sulawesi Tengah terkenal dengan sektor unggulan pertanian dan perkebunan, selain itu bentang laut yang luas yang dimiliki Sulawesi Tengah menyimpan potensi besar hasil laut, industri maritim serta wisata.

Dalam masa pemulihan pasca bencana dan perbaikan ekonomi, potensi tersebut harus terus didorong melalui ekonomi dan keuangan syariah.

Perubahan ekonomi dan konselasi Sulawesi Tengah dapat dilakukan melalui model bisnis syariah, pembelian syariah maupun integrasi keuangan syariah sosial, lebih jauh kapasitas produksi maupun kemampuan skill dan pengetahuan dari pengusaha muslim dan pengembangan pasar dapat ditingkatkan melalui pemanfaatn teknologi keuangan atau Iptek.

“saya berharap melalui seminar ini, selain memperkaya hasanah ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi dan keuangan syariah, juga menjadi titik tolak aksi kongrit memulai kolaborasi koordinasi dan sinergi dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, Sulawesi Tengah khususnya.”tutupnya (RL)

Wartakiat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *