CEMAS
Oleh : Kasman Jaya Saad
Cemas, begitu kata yang tepat menggambarkan warga planet bumi sekarang ini setelah WHO, Badan Kesehatan Dunia (PBB) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi, artinya, wabah tersebut telah melanda seluruh dunia. Istilah ini berasal dari kata Yunani, yakni Pan, yang berarti “semua” dan demo, yang berarti “orang”. Dan ini juga adalah bentuk pengakuan WHO atas keadaan genting akan wabah COVID-19 di seluruh dunia.
COVID-19 adalah bangsa Virus. Virus ini awalnya ditemukan di Wuhan, Cina, ini bernama SARS-CoV-2. Penyakit yang ditimbulkannya secara resmi disebut COVID-19, singkatan dari Coronavirus Disease 2019. Contoh mudahnya, penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV. SARS-CoV-2 ini termasuk golongan virus yang menyerang pernapasan. Dalam dunia medis, virus jenis ini tergabung dalam keluarga virus Corona. Ada tujuh jenis virus Corona yang sudah diketahui, termasuk virus flu biasa, severe acute respiratory syndrome (SARS), dan Middle East respiratory syndrome (MERS). COVID-19 memang masih berkerabat dengan penyakit flu biasa, SARS, dan juga MERS. Dan nama “Corona” diambil dari kata berbahasa Latin yang berarti “mahkota.” Ini disebabkan karena bentuk virus Corona yang menyerupai sebuah bola berduri yang berbentuk mahkota.
Menurut WHO, COVID-19 jauh lebih mudah menular, dan sayangnya, sangat sukar dideteksi. Gejala yang muncul umumnya ringan, seperti batuk kering, demam, kelelahan, dan sesak napas. Namun, ini semua sangat tergantung kepada daya tahan tubuh masing-masing. Bahkan, sudah ada beberapa laporan kasus terbukti positif COVID-19 meski tanpa gejala. Dan WHO menyatakan bahwa 3,4% kasus COVID-19 yang dilaporkan berujung pada kematian dan akan terus meningkat. Itu sebab banyak negara, termasuk republik tercinta ini, telah melakukan banyak langkah antisipasi untuk membatasi meluasnya Wabah COVID-19, termasuk meliburkan anak-anak sekolah, meski tidak menetapkan lockdown, namun telah membatasi segala bentuk aktivitas yang melibatkan banyak orang. Masa darurat bahaya nasionalpun diperpanjang hingga 29 Mei 2020 (91 hari).
Berseleweran informasi di media sosial, menyebabkan broadcast informasi tentang COVID-19 begitu mudah, bahkan cenderung berlebihan disertai hoaks. Kepanikan dan kecemasan masyarakat sulit terhindarkan. Cemas atau kecemasan (anxiety) adalah kondisi kejiwaan yang bisa terjadi pada setiap orang, termasuk manusia normal. Kecemasan menjadi penting menurut Prof. Sarlito bila itu menjadikan seseorang menjadi lebih hati-hati dan berusaha mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Dalam kasus COVID-19, kecemasan berfungsi positif bila membuat kita lebih Care dan berhati-hati serta mengikuti segala perintah yang diberikan pemerintah misalnya untuk berdiam diri di rumah atau bekerja dari rumah -Work From Home (WFH) dan membiasakan hidup bersih, dengan cuci tangan secara teratur, dan banyak minum air putih. Pun bila harus keluar rumah, akan selalu menjaga jarak (Physical distancing). Namun kecemasan berlebihan akan berdampak negatif bila seorang tidak lagi sekedar khawatir dengan COVID-19, setiap membaca atau mendegar berita COVID-19, tiba-tiba merasa tenggorokan agak gatal, nyeri dan merasa agak sedikit meriang walaupun suhu tubuh normal dan akhirnya melakukan tindakan berlebihan pada setiap aktivitasnya. Menurut dr.Adri reaksi psikosomatik tubuh seperti itu masih wajar bila tubuh masih aktif juga mengatasinya, namun pusat rasa cemas yang terlalu berat dan berulang-ulang bisa membuat psikosomatik muncul dan berulang-ulang pula, dan ini meyebabkan tubuh tidak mampu lagi mengatasi. Prof.Sarlito menyebut bahwa kecemasan adalah bentuk ketakutan yang tak jelas sasarannya dan juga tak jelas alasannya.
Salah satu cara kita untuk mengurangi gejalan psikosomatik menurut dr.Adri adalah mengurangi dan membatasi informasi terkait dengan COVID-19 ini. Lakukan hal lain selain Browsing, lakukan hobi yang menyenangkan dan sebarkan optimisme, bahwa semua akan bisa dilewati.
Kurangin rasa kepo, lakukan aktivitas yang mencerahkan dan selalu mengharapkan pertolongan serta Rahmat dari-Nya. Waktunya untuk makin menyadari bahwa tidak ada kekuatan dan kuasa selain kekuatan dan kuasa dari-Nya. Dan karena itu, mari menjalani takdir-Nya dengan ikhlas. Semua terjadi dalam diri atas kehendak-Nya.
Dan yang penting diingat pula, kecemasan tidak lantas menyebabkan kita menghambur-hamburkan uang untuk membeli sana-sini (sembako), bahkan menimbun barang seolah-olah dunia akan kiamat besok. Para ahli epidemiologi mengatakan bahwa aspek terpenting dari kesiapsiagaan menghadapi COVID-19 yang tidak butuh biaya, yaitu ketenangan, tidak perlu cemas berlebihan. Arya Bima-Walikota Bogor, mengingatkan dari ruang Isolasi karena positif terkena Covid-19 bahwa yang terpenting adalah jaga hati dan pikiran yang kita punya, karena itu adalah kunci apa kita mau sehat atau kita mau sakit. Stay positip, stay happy and healthy.
(Penulis : Dosen Unisa Palu)