Ramai-ramai Suntik Stimulus di Tengah Wabah Virus Corona
Jakarta-wartakiat | Wabah virus corona (covid-19) terus menghantui perekonomian global. Hingga kini, virus ini mewabah di hampir 150 negara.
Kondisi itu membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi melambat. Misalnya, IMF kembali memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3 persen, lebih rendah dibandingkan proyeksi Oktober 2019 sebesar 3,4 persen.
Beberapa negara pun akhirnya mengeluarkan berbagai stimulus baik fiskal maupun non fiskal. Stimulus diberikan untuk memitigasi atau menangkal dampak lebih lanjut virus corona terhadap perekonomian dalam negeri.
Di China, Bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) menyuntikkan likuiditas mencapai 1,2 triliun yuan atau sekitar Rp2.422 triliun (asumsi kurs Rp2.000 per yuan) di pasar. Salah satunya melalui program reverse repo sebagai upaya meredam dampak corona di sektor keuangan.
Pada awal Februari lalu, PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4 persen, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55 persen.
PBoC juga memberikan pelonggaran moneter dan kredit bagi perusahaan yang ikut serta memerangi virus corona, seperti perusahaan medis. PBoC juga mendesak lembaga jasa keuangan untuk memastikan kecukupan sumber kredit bagi rumah sakit dan unit penelitian medis.
Tak sampai di situ, PBoC kembali memangkas suku bunga pinjaman menengahnya. Suku bunga pinjaman fasilitas jangka menengah atau MLF diturunkan sebesar 10 basis poin menjadi 3,15 persen pada Senin (17/2) lalu.
Mereka juga memutuskan untuk memotong syarat cadangan wajib minimum bank sebesar 50 hingga 100 basis poin demi meredam dampak virus corona ke ekonomi dalam negeri. Pemotongan itu diberlakukan mulai Senin (16/3).
Dalam pernyataan PBoC yang dikutip dari AFP, penurunan syarat tersebut dilakukan agar bank mau melepas uang tunai yang mereka pegang ke masyarakat.
Mereka berharap kebijakan tersebut dapat mengalirkan dana 550 miliar yuan atau US$79 miliar ke pasar sehingga bisa dimanfaatkan untuk meredam dampak perlambatan ekonomi dalam negeri yang tengah tertekan oleh virus corona.
Pemerintah China juga mendorong konsumsi dengan melonggarkan tarif atas barang-barang impor termasuk barang impor dari AS yang merupakan ‘musuh’ dagang China dalam dua tahun terakhir.
Kementerian Keuangan China juga menggelontorkan subsidi sebesar 27,3 miliar yuan untuk pencegahan dan pengendalian virus pada Februari lalu.
Kementerian Keuangan China dan Komisi Kesehatan Nasional China berencana mengganti biaya pengobatan pribadi yang dikeluarkan masyarakat dengan memberi subsidi tenaga medis dan pekerja lain yang masuk dalam upaya pencegahan virus sebesar 200 yuan hingga 300 yuan setiap hari.
Pemerintah juga memberikan bantuan langsung untuk pembelian mobil dari di kawasan produsen mobil di China. Pemerintah kota Xiangtan, misalnya, menawarkan uang tunai 3.000 yuan kepada warganya jika mereka membeli mobil tersebut.
Di Amerika Serikat, Bank Sentral AS The Federal Reserves (The Fed) memutuskan memangkas suku bunga menjadi 0 persen pada pertemuan yang dihadiri oleh Dewan Gubernur Minggu (15/3) lalu. Sentimen virus corona membuat bursa saham anjlok sejak sepekan lalu karena kekhawatiran investor terhadap risiko resesi jika wabah ini tak kunjung berakhir.
Pemotongan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan ini dilakukan untuk mencegah gangguan pasar keuangan yang menurun selama krisis keuangan global akibat corona.
Presiden AS Donald Trump juga tengah menyusun paket stimulus darurat berupa paket ekonomi yang kemungkinan berbentuk gelontoran dana tunai.
Total paket yang dipersiapkan kemungkinan menembus US$1 triliun. Paket stimulus tersebut belum termasuk penangguhan pajak sebesar US$300 miliar.
Secara rinci, paket US$500 miliar akan diberikan dalam bentuk tunai dan US$500 miliar sisanya akan diberikan kepada UKM. Tak ketinggalan industri penerbangan juga akan menerima suntikan dana sebesar US$50 miliar.
Selain China dan AS, pemerintah negara lain juga menggelontorkan stimulus. Pemerintah Jepang menggelontorkan stimulus senilai US$4,1 miliar, Malaysia US$4,8 miliar, Singapura US$4 miliar dan pemerintah Selandia Baru juga merilis stimulus sebesar 12,1 miliar NZD. Bank Sentral Australia juga mengaku telah mempersiapkan stimulus moneter lanjutan.
Indonesia sendiri sudah berupaya meluncurkan dua paket stimulus fiskal dan non fiskal. Paket stimulus pertama dikeluarkan untuk menyelamatkan sektor pariwisata berupa diskon tiket pesawat, hingga pembebasan pajak restoran dan hotel di daerah pusat pariwisata Indonesia. Totalnya mencapai Rp10 triliun.
Pasalnya, sektor pariwisata Indonesia mulai tergerus semenjak virus corona membuat beberapa negara mengimplmentasikan peringatan perjalanan (travel warning) yang berdampak pada penurunan perjalanan.
Turunnya wisatawan mancanegara terutama China, membuat sektor pariwisata Indonesia serta usaha layanan berupa hotel dan restoran anjlok hingga saat ini.
Dalam rencana paket stimulus kedua, pemerintah mengeluarkan stimulus fiskal berupa relaksasi pajak penghasilan (PPh) dan restitusi PPN.
Tak hanya stimulus fiskal, stimulus non-fiskal dalam rangka penanganan covid-19 juga digelontorkan pemerintah.
Pertama, penyederhanaan dan pengurangan jumlah Larangan dan Pembatasan (Lartas) untuk aktivitas ekspor yang tujuannya untuk meningkatkan kelancaran ekspor dan daya saing.
Kedua, penyederhanaan dan pengurangan jumlah Larangan dan Pembatasan (Lartas) untuk aktivitas impor khususnya bahan baku yang tujuannya untuk meningkatkan kelancaran dan ketersediaan bahan baku.
Ketiga, percepatan proses ekspor dan impor untuk Reputable Traders, yakni perusahaan-perusahaan terkait dengan kegiatan ekspor-impor yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi.
Kebijakan selanjutnya adalah peningkatan dan percepatan layanan proses ekspor-impor, serta pengawasan melalui pengembangan National Logistics Ecosystem (NLE).
Diharapkan dengan kehadiran NLE tersebut, pemerintah dapat meningkatkan efisiensi logistik nasional dengan cara mengintegrasikan layanan pemerintah (G2G2B) dengan platform-platform logistik yang telah beroperasi (B2B).
Terkait stimulus di sektor keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengeluarkan beberapa kebijakan countercyclical melalui Peraturan OJK (POJK)
Diantaranya, mendorong bank untuk dapat menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitur yang terkena dampak penyebaran virus corona termasuk debitur UMKM.
Selain itu, bank dapat melakukan restrukturisasi untuk seluruh kredit atau pembiayaan tanpa melihat batasan plafon kredit atau jenis debitur, termasuk debitur UMKM. Kualitas kredit atau pembiayaan yang dilakukan restrukturisasi ditetapkan lancar setelah direstrukturisasi.
Untuk debitur UMKM, bank juga dapat menerapkan 2 kebijakan stimulus yaitu penilaian kualitas pembiayaan atau penyediaan dana lain berdasarkan ketepatan membayar pokok dan/atau bunga
Bank juga dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan UMKM tersebut, dengan kualitas yang dapat langsung menjadi Lancar setelah dilakukan restrukturisasi kredit.
Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan paket stimulus ekonomi jilid ketiga yang akan mendukung kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait pembatasan interaksi sosial (social distancing) karena wabah virus corona.
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso belum merinci stimulus ekonomi yang dimaksud. Namun, ia memastikan paket stimulus jilid ketiga merupakan hasil evaluasi dari paket stimulus jilid pertama dan kedua.
“Ini stimulus lanjutan yang didasari hasil evaluasi stimulus satu dan dua. Salah satunya kebijakan untuk mendukung social distancing, nanti akan ada kebijakan yang kami keluarkan,” ujarnya, Selasa (17/3).
Saat ini, katanya, proses evaluasi dan kajian masih terus dilakukan, sehingga belum ada kebijakan final untuk paket stimulus ketiga. Ia enggan memberi proyeksi target kapan sekiranya paket ini bisa diluncurkan.
(ara/cnnindonesia.com)