Memaknai Hari Lahir Pancasila
Oleh:Ramlah Laki,S.Pd*
Beberapa hari lalu kita memperingati hari lahir Pancasila. Namun dalam pemaknaannya Pancasila tidak hanya dimaknai pada tanggal 1 Juni. Pancasila harus dimaknai dari hati dan logika berpikir. Banyak cara dalam memaknai hari lahir Pancasila, bila sebelum masa pandemi hari lahir Pancasila dimaknai dengan melakukan upacara, namun pada pandemi ini pemerintah Republik Indonesia melakukan upacara secara Virtual yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Seperti kita ketahui bersama bahwa Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dalam sila ke-3 Persatuan Indonesia. Makna Persatuan Indonesia menjalin suatu rasa kemanusiaan serta sikap toleransi antar sesama dalam hal ini gotong royong atau bekerjasama. Ditengah pandemi ini, Persatuan Indonesia sangat dibutuhkan untuk bersatu melawan covid-19. Saling membantu membangun solidaritas antara sesama, antara masyarakat dan pemerintah, dan tenaga medis.
Tenaga medis dalam usaha dan persatuannya sesama perawat dan dokter serta mahasiswa kesehatan memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 pun berjatuhan. Ditengah semakin kurangnya tenaga medis dan kurangnya peralatan medis tidak meruntuhkan semangat mereka untuk terus berada di garda terdepan menghadapi virus covid-19. Upaya tenaga medis ini tidak luput dari ideologi yang telah mereka dapat dalam menempuh pendidikan dan kemudian diimplementasikan sebagai tujuan pemersatu Negara Republik Indonesia.
Pun dalam tatanan masyarakat bisa bersatu dalam upaya pencegahan penyebaran virus covid-19 dengan membantu tenaga medis mensosialisasikan bagaimana virus covid-19 bekerja, dan bagaimana cara pencegahannya, bahkan semangat gotong royong telah memanggil komunitas perempuan desa Pusungi untuk menjahit 1.000 masker secara serentak dibagikan kepada masyarakat terdampak.
Sebagian masyarakat lainnya kemudian enggan mematuhi anjuran pemerintah untuk tidak mudik pada saat lebaran. Dan kemudian tanpa disadarinya menularkan pada keluarga, kawan dan rekan-rekan lainya. Berdasarkan infornasi gugus tugas republik Indonesia mengumumkan terkonfirmasi Virus corona per Senin 1 Juni 2020 467 positif covid-19 sehingga angka terkonfimasi menjadi 26.940 jiwa.
Upaya Kementerian Kesehatan dalam mengurangi angka jiwa terkofirmasi tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah yang kemudian mengeluarkan kebijakan new normal dibeberapa wilayah di Indonesia. Termasuk Tojo Una-una Sulawesi Tengah. Tojo Una-una bila dilihat dari laporan gugus tugas covid-19 Dinas kesehatan pertanggal 30 Mei 2020 ODR / PP mencapai 2.917 Jiwa, OTG 13 Jiwa, PDP 7 jiwa. Secara kasat mata masyarakat telah menjalani kehidupan normal kembali, memasuki pasar tanpa menggunakan masker, beberapa tempat wisata dipenuhi dengan wisatawan lokal, bahkan dibeberapa tempat pemerintah telah menarik kembali tempat cuci tangan yang terdapat dijalan-jalan.
Kehidupan new normal seyogyanya harus dijelaskan secara luas kepada masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman memaknai new normal dan kembali normal. Sehingga masyarakat dapat membedakan dan membiaskan diri menjalani hidup new normal dengan tetap menerapkan protocol Covid-19.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19 menyampaikan penerapan fase new normal, harus menjadi perhatian dan kesadaran bersama. Dalam fase tersebut masyarakat tetap menggunakan masker saat keluar rumah, rajin mencuci tangan menggunakan sabun, dan tetap menjaga jarak fisik saat berkomunikasi, hindari kerumunan, atur kegiatan-kegiatan sosial kita agar tidak menimbulkan kerumunan, tidak menimbulkan penumpukan. Inilah yang harus kita biasakan.
Hal ini yang kemudian menjadi perhatian warga Indonesia dalam memaknai Pancasila sebagai ideologi bangsa, semua elemen harus bersatu, saling membantu antar sesama, sebagaimana yang terkandung dalam sila ke-empat bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, mendapatkan informasi yang terbuka dan pelayanan serta menerima bantuan yang setara dan merata dari semua kebijakan pusat sampai pada kebijakan desa. Sehingga tercapai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dan keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Penulis adalah Ketua Sekolah Perempuan Sivia Patuju Kabupaten Tojo Una-Una*