Menakar Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

Menakar Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

Oleh : Ridwan Laki*

Dikutip dari Tempo.co., kamis tanggal 1 Oktober 2020 pukul 09.58 WIB melalui reporternya Lani Diana Wijaya menurunkan liputan yang cukup mencengangkan terkait dampak negativ yang ditimbulkan dari pembelajaran jarak jauh siswa selama pandemi Covid-19. Betapa tidak, orang nomor satu di Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Nahdiana yang menjadi narasumber mengeluarkan statemen tersebut. Walau ia juga menyebut ada dampak positif yang ditimbulkan dari pembelajaran jarak jauh ini. Seperti diketahui, siswa dan mahasiswa harus menjalani metode pembelajaran jarak jauh sejak 16 Maret 2020 akibat wabah pandemi Covid-19. Setidaknya, ada enam dampak negatif kata Nahdiana yang bisa berakibat buruk pada siswa. Enam dampak negative itu adalah, pertama, Ancaman putus sekolah, anak berisiko putus sekolah lantaran terpaksa bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Kedua, Penurunan capaian belajar. Dinas Pendidikan DKI Jakarta menemukan adanya perbedaan akses dan kualitas selama Pembelajaran Jarak Jauh. tidak hanya kualitas dan akses, lanjut Nahdiana, jenjang pendidikan juga punya permasalahan-permasalahan yang spesifik. Ketiga, Tanpa sekolah, anak berpotensi menjadi korban kekerasan rumah tangga yang tidak terdeteksi guru. Anak-anak sangat berpotensi menjadi korban kekerasan dari orang tuanya sendiri karena tingkat pendidikan orang tua, ketidaktahuan orang tua terhadap mata pelajaran tertentu  dan penggunaan perangkat teknologi. Keempat, Keterbatasan gawai dan kuota internet sebagai fasilitas penunjang belajar daring. Hal ini menjadi kendala utama, anak-anak tidak memilki gawai sendiri lebih yang ada hanya milik orang tuanya, belum lagi keterbatasan ekonomi keluarga akibat pandemi, tidak mampu membeli paket data dan kendala jaringan akses internet bagi anak-anak yang tinggal dipelosok yang tidak terjangkau akses internet. Kelima, Anak berisiko kehilangan pembelajaran atau learning loss.
Menurut Nahdiana, kegiatan belajar tatap muka di kelas menghasilkan pencapaian akademik lebih baik ketimbang Pembelajaran Jarak Jauh. Yang terakhir adalah  anak kurang bersosialisasi bahkan tidak saling kenal, berbeda kalau tatap muka langsung ada interaksi dan perkenalan langsung.
Kegagapan pembelajaran daring memang nampak terlihat menyeluruh di beberapa daerah Indonesia. Komponen-kompenen yang sangat penting dari proses pembelajaran daring (online) perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Pertama dan terpenting adalah jaringan internet yang stabil, kemudian komputer yang mempunyai aplikasi dengan paltform yang mendukung. Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan kebijakan dengan membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan provider internet dan aplikasi untuk membantu proses pembelajaran daring ini.
Pemerintah juga harus mempersiapkan kurikulum dan silabus pembelajaran berbasis daring, bagi sekolah perlu untuk melakukan bimbingan teknik (bimtek) online proses pelaksanaan daring dan melakukan sosialisasi kepada orangtua dan peserta didik melalui media cetak dan media sosial tentang tata cara pelaksanaan pembelajaran daring, kaitannya dengan peran dan tugasnya.
Dalam proses pembelajaran daring, penting untuk ditambahkan pesan-pesan edukatif kepada orangtua dan peserta didik tentang Covid-19. Beberapa guru di sekolah mengaku jika pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami semua siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika peserta didik akan masuk, sehingga kemungkinan akan menumpuk.
Pandemi Covid-19 telah membuat sistem pembelajaran di kampus berubah sangat drastis dari yang awalnya pertemuan dilakukan secara tatap muka berubah menjadi pembelajaran secara online. Banyaknya keluhan yang disampaikan mahasiswa antara lain pembelajaran secara online kurang efisien disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti perangkat yang kurang mendukung, biaya, manajemen waktu dan yang paling banyak dikeluhkan mahasiswa adalah jaringan yang kurang stabil, terlebih mahasiswa yang berada di dearah pedesaan yang mengalami kesulitan sinyal selular, jikapun ada sinyal yang didapatkan sangat lemah. Hal ini merupakan tantangan tersendiri dalam pembelajaran daring. Pembelajaran daring memiliki kelemahan, yaitu lemahnya layanan internet dan pemahaman bimbingan guru yang kurang memadai dan dipahami oleh siswa.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan dalam dana pembelajaran daring. Siswa mengungkapkan bahwa untuk dapat berpartisipasi dalam pembelajaran online, mereka harus membayar biaya yang cukup banyak untuk membeli kuota data internet. Menurut mereka pembelajaran daring dalam bentuk tatap muka secara online telah menghabiskan banyak kuota dalam jumlah besar, sedangkan melalui diskusi online aplikasi pesan tidak butuh banyak kuota. Walaupun pembelajaran daring dapat didukung, namun tetap ada dampak negatif yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam penggunaan gadget yang berlebihan. Mereka mengakui bahwa selain belajar, siswa juga menggunakan gadget untuk bermain media sosial dan menonton youtube dengan rentan waktu yang sangat lama. Sehingga kelemahan pembelajaran daring adalah siswa tidak terawasi dengan baik selama proses pembelajaran. Tetapi, pembelajaran daring juga memiliki banyak kelebihan dalam penggunaan teknologi infromasi dan komonukasi dalam pembelajaran daring, diantaranya adalah tidak terikat ruang dan waktu. Anak memiliki banyak waktu di rumah bersama keluarga. Metode belajar yang variatif. ketimbang anak hanya berada di dalam kelas, kini mereka lebih fleksibel belajar dari rumah. Anak peka dan beradaptasi dengan perubahan. Mau atau tidak, anak pasti harus mengeksplorasi teknologi dan Sebagian anak merasa nyaman belajar dari rumah karena tak ada yang merisak.
Terkini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membolehkan tatap muka langsung bagi sekolah di pelosok khususnya diwilayah terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) yang tidak terjangkau akses internet. Dengan catatan tetap mendapatkan rekomendasi dari Pemerintah Daerah setempat. Namun menurut hemat penulis, pembelajaran tatap muka sudah bisa dilakukan secara bertahap sesuai zona  dengan penerapan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 secara ketat. Sekolah dan kampus menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur secara detail aturannya yang tidak melanggar protokol pencegahan penyebaran Covid-19.

*Penulis adalah Dosen FKIP Universitas Alkhairaat Palu

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *