PPDM Unisa Dorong Warga Kaliburu Manfaatkan Potensi Kelapa Terpadu
Palu- Wartakiat Ι Belum banyak yang mengetahui jika pohon kelapa memiliki sejuta manfaat, bahkan bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sabut kelapa misalnya, sebagian masyarakat hanya memanfaatkan sebagai alat pembakaran dan lainnya. Hanya sedikt yang mengetahui jika sabut kelapa ternyata menyimpan potensi yang bernilai ekonomis tinggi, dengan cara yang mudah dan sederhana sabut kelapa dapat diolah menjadi sapu, pot bunga, tali, keset hingga jok mobil. Belum lagi air kelapa diolah menjadi virgin coconut oil (VCO), minyak tahan lama dan lain sebagainya.
Melalui Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) yang dipusatkan di Desa Kaliburu, Kecamatan Sindue Tambusabora, kabupaten Donggala yang diketuai Dr.Ahsan Mardjudo juga mendorong terbentuknya Pondok Kelapa Terpadu sebagai tempat warga setempat mengolah potensi kelapa sekaligus tempat belajar. Program ini merupakan tahun kedua dengan pembiayaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Tahun sebelumnya fokus pada pengolahan hasil perikanan. Kini beralih ke pengolahan hasil pertanian dan perkebunan. Puluhan warga desa antusias mengikuti pelatihan mengolah sabut kelapa menjadi sapu, minyak kelapa tahan lama dan virgin coconut oil (VCO).
Di hadapan kelompok warga Kaliburu, Kamis (3/6) pagi, Dr Ahsan Marjudo menyampaikan, Program Pengembangan Desa Mitra merupakan bagian dari pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan potensi kelapa seperti sabut kelapa menjadi sapu. Usaha tersebut, kata Dekan Fakultas Perikanan ini sangat bernilai guna, mengingat Desa Kaliburu salah satu desa yang memilki perkebunan kelapa dalam yang cukup luas.
Disisi lain, manfaat dari program ini lanjut Ahsan, dapat meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga yang saat ini mengalami kesulitan ekonomi akibat dampak wabah covid-19.
‘’Melalui program ini diharapkan bisa menambah sumber pendapatan warga. Selama ini mereka hanya mengandalkan hasil pertanian dan hasil memancing di laut,”ujarnya.
Mantan Wakil Rektor bidang Akademik itu menambahkan, dengan program ini, warga dilatih dan dibekali ilmu sehingga bisa menjadi pelopor pengembangan ekonomi kerakyatan di Desa Kaliburu. kelak diharapkan tidak hanya menjadi pelaku ekonomi produktif tapi kreatif dan inovatif.
Sementara itu, Lukito, aktivis pemberdayaan masyarakat lokal asal Lampung selaku instruktur dalam pelatihan itu menyampaikan, jika sabut kelapa sesungguhnya punya nilai ekonomis tinggi. Sehingga sangat disayangkan jika desa Kaliburu yang memiliki perkebunan kelapa yang luas tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Lukito menyebutkan, di sejumlah daerah di Pulau Jawa, sabut kelapa sudah menjadi sumber pendapatan warga. ‘’Mereka mengolah sabut kelapa menjadi berbagai bentuk kreatif dan bernilai ekonomis. Selain jadi sapu, sabut kelapa bisa diolah menjadi keset, pot bunga, tali maupun jok mobil,’’urainya.
Lukito bahkan membeberkan jika sabut kelapa kini menjadi komoditi ekspor. Sejumlah Negara di Asia seperti Korea, Jepang dan Cina membutuhkan banyak sabut kelapa untuk diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi. Tak heran, kata dia, banyak investor dari Negara-negara tersebut datang ke Indonesia membeli langsung sabut kelapa dengan harga murah dan meraih keuntungan besar. Karenanya, ia berharap melalui pelatihan ini, warga Desa Kaliburu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, peluang usaha kreatif dari hasil olahan sabut kelapa. ‘’Kita harap nanti orang luar negeri datang ke sini membeli sabut kelapa tapi sabut yang sudah diolah sehingga warga kita dapat untung banyak,’’ujarnya meyakinkan.
Usai mendapatkan teori dari instruktur puluhan warga kemudian langsung mengikuti praktik. Sebuah mesin pengolah dan pengurai serat sabut kelapa menjadi bahan sapu. Sebelumnya, sabut kelapa yang utuh dipotong membujur menjadi beberapa bagian dan direndam selama satu hingga dua hari agar memudahkan serat terurai dari gabusnya. Serat yang telah terurai itulah yang menjadi bahan sapu.
Hanya butuh waktu dua jam, warga sudah menghasilkan lima buah sapu berbahan sabut kelapa. Warga cukup antusias mengikuti pelatihan tersebut dan berharap segera menerapkan hasil pelatihan tersebut. ‘’Ini sangat bagus pak. Kami jadi bersemangat. Ternyata sabut kelapa ini punya nilai ekonomis,’’ujar Aslan, salah seorang peserta pelatihan yang juga tokoh masyarakat di desa tersebut.
Laporan: Ridwan Laki