MEMAKNAI HARI POHON SEDUNIA

MEMAKNAI HARI POHON SEDUNIA

Oleh : Dr. Ir. H. Kasman Jaya Saad,M,Si.

Tanggal 21 November kemarin, masyarakat internasional merayakan sebagai hari Pohon Sedunia. Tanggal tersebut dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada jasa dari JSterling Morton, seorang pencinta alam dari Amerika Serikat. Morton begitu gigih dalam mengampanyekan gerakan menanam pohon dan sikapnya ini tentu punya alasan, karena setiap makhluk hidup yang ada di bumi membutuhkan kontribusi pohon untuk bisa hidup. Hari Pohon Sedunia ini juga harusnya dijadikan momentum untuk mengingatkan kembali pentingnya kontribusi pohon bagi kehidupan mahkluk hidup di muka bumi.

Kontribusi pohon yang besar itu bukan hanya sebagai wadah konservasi keanekaragaman hayati baik flora dan fauna termasuk ketahanan pangan, namun juga berperan dalam menyerap karbon dioksida (CO2) dalam rangka mitigasi perubahan iklim global, serta dalam jangka panjang berkontribusi terhadap penyediaan sandang pangan, energi, dan ketersediaan air tanah bagi kesejahteraan kita, umat manusia. Dan paling penting pohon memiliki peran menjaga kelangsungan kehidupan dengan terus menerus menyuplai oksigen bagi kita dan makhluk hidup lainnya. Kelimpahan oksigen yang cukup banyak dan relatif stabil dimuka bumi ini  karena peran pohon.  Hasil penelitian yang dilakukan saintis di Scripps Institution of Oceanography, Ralph Keeling menyebutkan separuh dari oksigen yang ada di bumi dihasilkan dari tanaman darat. Sisanya diproduksi oleh alga dan cyanobacteria di danau dan laut. Sejumlah kecil Oksigen juga dihasilkan oleh reaksi penguraian uap air di atmosfer oleh radiasi matahari dan bintang.

Pohon adalah tanaman terbesar di jagat raya ini.  Menurut National Geographic, hutan mencakup sekitar 30% dari planet bumi. Dikutip dari situs Arbor Day Foundation, organisasi nonprofit yang peduli penanaman pohon di Nebraska, menyebut satu pohon menghasilkan sekitar 1,2 kg oksigen per hari dan satu orang perlu 0,5 kg oksigen per hari untuk bernapas. Dengan begitu, satu batang pohon dewasa tunggal bisa menunjang kehidupan dua orang. Dan itu sebab pohon sering disebut pula sebagai “paru-paru bumi” karena oksigen yang mereka hasilkan bagi makhluk hidup lain. Penelitian Universitas Illinois mempublis bahwa terkoneksi manusia dengan alam yang menyediakan banyak pohon meningkatkan aspek mental dan kognitif manusia. Bahkan, sebuah studi menemukan bahwa pasien rumah sakit yang bisa melihat pohon di luar jendela akan dirawat 8 persen lebih cepat dibandingkan pasien yang terkurung total di ruangan.

Oleh karena itu mari bijak dalam menjaga alam, menjaga pohon dan alam disekitar  kita. Tanpa pohon, tidak mungkin terdapat kehidupan di bumi. Dalam kedudukannya sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan, pohon telah memberikan manfaat yang besar bagi umat manusia, oleh karena itu harus dijaga kelestariannya. Dengan terlestarikannya pohon-pohon, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan ekologis yang manfaatnya tentu saja kembali kepada manusia itu sendiri. Pohon adalah pondasi dasar dalam merawat ekosistem, penopang berbagai sendi kehidupan di bumi dan  sebagai penyerasi dan penyeimbang lingkungan global.  Dan pohon juga memiliki nilai penting sebagai modal pembangunan karena memiliki manfaat yang nyata agar kehidupan dan penghidupan kita, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu pohon harus diurus dan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan kita, baik generasi sekarang maupun yang akan datang.

Dan kita punya tanggung jawab bersama untuk  merawat pemasok oksigen  di muka bumi itu, dengan cara meletakkan rasa toleransi dalam diri dan masyarakat. Toleransi atau sikap tenggang rasa adalah bagian dari konsekuensi logis dari kesadaran hidup bersama sebagai makhluk sosial. Kegiatan-kegiatan yang sifatnya hanya merusak, dengan serampangan melakukan penebangan pohon sebaiknya dihindari dalam perspektif ini. Melanggar konsekuensi logis tersebut berarti melanggar etika berkehidupan bersama. Dimana, sejatihnya sifat keutamaan kehidupan bersama adalah memaknai kehidupan untuk menebar kebaikan hidup bagi sesama, bukan sebaliknya menimbulkan masalah atau bencana ekologis bagi sesama.

Akhir kalam, pohon sebagai karunia Allah Swt yang dianugerahkan kepada kita yang tak ternilai harganya dan wajib disyukuri. Karunia yang diberikan-Nya, dipandang sebagai amanah, karenanya pohon harus diurus dan dimanfaatkan dengan akhlak mulia dalam rangka beribadah, sebagai perwujudan rasa syukur kepada-Nya.  Dan olehnya mari berbuat dengan menanami setiap jengkal rumah dengan pohon, dan terus merawat keberadaannya di muka bumi ini. Selamat Hari Pohon Sedunia.

Penulis adalah Ketua Pusat Studi KLH Unisa Palu

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *