KONSEP FRUGAL LIVING DALAM PERTANIAN BERKELANJUTAN

KONSEP FRUGAL LIVING DALAM PERTANIAN BERKELANJUTAN

Dr. Sri Sudewi, SP.,M.Sc*

Frugal living mendadak menjadi topik yang viral saat ini di berbagai sosial media. Pembahasan ini bermula dari seorang content creator yang mengunggah video ke TikTok tentang kehidupan keluarga kecilnya yang menerapkan konsep Frugal living. Ibu muda tersebut menceritakan bagaimana keluarga kecilnya bisa menjalani frugal living dengan penghasilan suaminya Rp 3.500.000/bulan ditahun awal pernikahannya. Pengelolaan keuangan yang dilakukan sehemat mungkin untuk dapat menikmati hasilnya dikemudian hari. Dampak dari konsep frugal living yang diterapkannya selama ini membuat keluarganya bisa menikmati staycation setahun sekali, membeli Iphone terbaru, healing tiap bulan mengajak orangtua dan keluarga besarnya, makan-makan enak setiap dua minggu sekali. Bahkan di tahun ketiga pernikahannya, keluarga tersebut mampu membeli mobil secara cash, mempunyai asuransi premium, mampu menyekolahkan anaknya di sekolah berkualitas, tak hanya itu perawatan wajahnya pun semakin rutin dilakukan.

Menanggapi postingan video ibu muda tersebut, tentunya warganet tidak tinggal diam, banyak yang pro dan kontra mempertanyakan bagaimana caranya ibu tersebut mengatur keuangan ditengah kondisi kebutuhan pokok yang saat ini mengalami kenaikan harga. Tidak sedikit warganet menganggap konsep frugal living yang diterapkannya tidak masuk akal. Saat hal ini viral, banyak kisah-kisah serupa tentang konsep frugal living bermunculan yang diungkapkan oleh ibu rumah tangga lainnya melalui akun media sosial.

Apa sih sebenarnya frugal living itu?? Jika ditinjau dari segi Bahasa, frugal artinya hemat sedangkan living artinya hidup, secara harfiah dapat diartikan gaya hidup hemat. Gaya hidup ini lebih menekankan pada mindfulness dimana seseorang secara sadar menggunakan uangnya untuk mencapai kebebasan finansial dan tanpa mengesampingkan kualitas dari barang tersebut. Konsep serupa juga bisa diterapkan dalam bidang pertanian untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan ramah lingkungan dengan memenuhi tiga prinsip dasar yang terdiri dari aspek keberlanjutan secara ekonomi, ekologi dan sosial.

Pertama, konsep frugal living dalam usaha tani ditinjau dari aspek keberlanjutan secara ekonomi dapat diterapkan dengan menjaga kualitas tanah/media tanam dari input yang dapat menurunkan kualitasnya (seperti penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang intensif dan melebihi kebutuhan tanaman). Memperkaya tanah tersebut dengan input organik yang ada disekitar lingkungan.  Memanfaatkan jenis kotoran ternak tertentu yang berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah (memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah). Keuntungannya terjadi penghematan pengeluaran untuk biaya operasional dalam hal pembelian pupuk dan pestisida sintetis, yang keberadaannya langka dan harganya semakin melonjak.

Kedua, frugal living pada usaha tani dalam aspek keberlanjutan secara ekologi, dengan cara memanfaatkan/mendaur ulang sumber daya yang ada disekitarnya untuk memperoleh manfaat yang maksimal. Mengelolah sumber daya disekitarnya menjadi pupuk hayati seperti kompos hijauan, kompos limbah rumah tangga, kompos kotoran ternak unggas, fermentasi urin ternak dengan bakteri nitritasi dan nitratasi, serta limbah bagian/sisa tanaman menjadi pestisida/herbisida nabati untuk tanaman. Konsepnya apa yang diperoleh dari alam akan dikembalikan ke alam. Sistem budidaya yang diterapkan tidak merusak ekosistem maupun keanekaragaman hayati yang sudah ada.

Ketiga, frugal living pada usaha tani dalam aspek keberlanjutan secara sosial yaitu lebih memilih membeli bahan-bahan lokal milik masyarakat setempat tanpa harus membeli atau memesan ditempat lain yang lokasinya berada jauh. Selain itu, memberdayakan SDM yang bermukim disekitar lokasi usaha tani sebagai tenaga kerja. Dengan demikian akan memberi nilai tambah penghasilan bagi masyarakat setempat sehingga meningkatkan keadilan sosial dari usaha tani yang dilakukan.

Kesimpulannya, konsep frugal living dapat diterapkan pada usaha tani/budidaya tanaman sebagai upaya mendukung pertanian berkelanjutan. Manfaatnya menghasilkan produk pertanian yang memiliki kualitas serta harga yang bersaing dipasaran, konsumen memperoleh manfaat kesehatan, serta sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bisa dinikmati hingga generasi mendatang. Akhir kata mengutip tulisan Prof Loekas Soesanto dalam salah satu bukunya yang berjudul Mikroba Endofit bahwa “Tanaman yang sehat secara organik akan mendukung peningkatan produksi, sedangkan tubuh yang sehat akan berdampak pada peningkatan produktivitas kerja”. Wallahul mustaan.

Penulis adalah Dosen tetap Yayasan Fakultas Pertanian Universitas Alkhairaat.

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *