MENYINGKAP KEMULIAAN NABI MUHAMMAD (Telaah dari aspek nama yang dimilikinya)
Oleh: Dr. Ahmadan B. Lamuri, S.Ag.,M.HI*
Memperingati maulid nabi Muhammad saw telah menjadi tradisi yang sudah membudaya dalam masyarakat Islam. Tradisi ini bukan hanya dikenal di Indonesia tetapi juga dibelahan negara lainnya. Di Indonesia, sejak awal Rabi’ul Awwal hingga akhirnya umat Islam melaksanakan peringatannya. Tentu memperingati itu, banyak hal yang dilakukan oleh umat dengan ragam kegiatan. Tulisan ini mencoba menelusuri salah satu kemuliaan dan keistimewaan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw dilihat dari aspek nama yang dimilikinya.
Sebagai informasi awal ketika membaca ayat 6 surah as-Shaff, disana ditemukan cerita “Nabiyullah Isa as yang menyampaikan kepada kaum bani Israil bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang utusan Allah yang akan datang setelahku yang namanya “Ahmad”. Pada ayat 157 surah al-A’raf Allah swt juga telah menjelaskan tentang akan datangnya nabi dan rasul terakhir yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang namanya mereka dapati tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Bahkan rencana kehadirannya di pentas dunia ini telah dijelaskan Allah swt melalui perjanjian dengan para nabi-Nya sebagaimana ditermaktub dalam surah Ali Imran ayat (157) “Sungguh apa saja yang Aku berikan kepada kamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya…”
Apa yang diinformasikan oleh ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa datangnya dan diutusnya nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir itu telah diketahui oleh para nabi sebelum beliau. Dan yang memberitahukan kepada mereka adalah Allah swt secara langsung. Oleh sebab itu, tidak ada lagi penyangkalan dan dalil apapun yang dapat digunakan untuk menyatakan setelah nabi Muhammad akan ada nabi dan rasul kemudian. Kehadirannya adalah menutup semua prosesi pengutusan nabi dan rasul sebagai pembawa dakwah dan agama kepada umat manusia (Q.S. al-Anbiya ayat 107).
Namun dibalik informasi tentang kehadirannya sebagai penutup para nabi dan rasul, ternyata Nabi Muhammad saw memiliki sekian banyak nama-nama yang masing-masingnya mempunyai makna sesuai dengan nama tersebut. Di bawah ini dikemukakan lima nama sesuai dengan yang disabdakan dari beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, yakni:
عن الزهرى قال: أخْبَرَنِى محمد بنُ جُبَيْرِ بنِ مُطْعِمٍ عَنْ أبِيْهِ رَضِيِ الله عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إنَّ لِى أسْمَاءً: أنا محمد, وأنا أحمد, وأنا المَاحِى الذِّى يَمحُوْ الله بِيَ الكُفر, وأنا الحَاشِرُ الذِّى يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِى, وأنا العَاقِبُ.
Artinya:
Dari az-Zuhri yang mengabarkan dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya yang mengatakan aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sungguh, aku memiliki beberapa nama: Aku adalah Muhammad, Aku adalah Ahmad, Aku adalah al-Mahi karena Allah menghapuskan kekufuran denganku, Aku adalah al-Hasyir karena manusia akan dikumpulkan di hadapanku, dan Aku adalah al-‘Aqib” (H.R. Bukhari, h. nomor 3532).
Nama Muhammad, adalah pemberian dari sang kakeknya yakni Abdul Muthalib. Nama Muhammad merupakan nama yang tidak umum digunakan di masyarakat Arab pada waktu itu, tetapi cukup dikenal dengan sebutan itu. Mengapa Abdul Muthalib memberikan nama dengan “Muhammad”? sementara masyarakat Arab banyak mempertanyakan kenapa tidak diberi nama sebagaimana nenek moyangnya? Tetapi keinginan sang kakek cukup singkat, yaitu: dengan nama itu ia menginginkan sang cucu akan menjadi orang yang terpuji”. Sehingga siapapun diantara kita yang memberi nama seseorang dengan “Muhammad” apakah sesuai dengan niatannya atau sebagai penanda semata, tapi berdasarkan pada historisasi sebutan nama itu berarti “menunjukkan kepada perilaku terpuji”. Terpuji dimaknai sebagai “sangat baik dan terkenal kebaikannya”. Dalam proses perjalanan hidupnya, akhirnya makna nama yang diinginkan oleh sang kakeknya benar-benar terbukti dimana masyarakat Quraisy serta para tokohnya mengakui akan perilaku Nabi Muhammad saw sehingga mereka memberi gelaran al-Amin yang menjadi bukti terhadap kemuliaan perilakunya.
Nama Ahmad, sebagaimana tertuang pada ayat 6 surat as-Shaff yang oleh ahli tafsir dipahami sebagai bentuk implementasi dari sikap kesempurnaan perilaku. Jadi bukan merujuk pada nama (sebutan/panggilan) melainkan ini sebagai julukan saja. Jika berdasar pada asal kata “Ahmad itu pada mulanya adalah bentuk superlatif dari kata “hamd=pujian”, sehingga kata Ahmad berarti yang lebih terpuji. Dari makna ini, maka penyebutan nama Ahmad itu menujukkan segala sesuatu yang berkaitan dengannya adalah terpuji. Quraish Shihab mengungkap bahwa para pakar telah bersepakat dengan menggunakan berbagai tolak ukur untuk mengakui kalau Nabi Muhammad adalah sebagai manusia teragung yang pernah dikenal dalam sejarah kemanusiaan.
Nama al-Mahiy, nama ini dinukilkan dari inti risalah yang dibawahnya. Islam sebagai agama yang didakwakan kepada umat manusia membawa ajaran dan petunjuk yang sempurna. Allah swt telah menegaskan bahwa dengan turunnya al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam “tidak perlu diragukan lagi, sebab ia merupakan kitab yang membawa petunjuk bagi manusia”. Al-Mahi berarti yang menghilangkan kekufuran dan kelalaian. Sebelum diturunkannya Islam, kondisi umat manusia berada dalam kekufuran dan kegelapan. Ketika Nabi Muhammad datang diutus dengan membawa risalah Islam, telah mengantarkan tatanan kehidupan baru untuk sepanjang masa yaitu perubahan kondisi manusia dari kegelapan menjadi cahaya hidayah. Al-Qur’an Surah al-A’raf ayat 158 menjelaskan bahwa “Katakanlah (hai Muhammad), wahai seluruh manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kamu semua”.
Nama al-Hasyir, nama ini bisa dipahami pada dua aspek. Pertama, nabi Muhammad dalam aktivitas dakwahnya memang benar-benar banyak melakukan kegiatan mengumpulkan orang atau pengikut. Dengan ajaran yang dibawahnya juga telah menunjukkan hal itu dimana kalau tujuan diutusnya salah satunya adalah menjadi rahmat bagi semesta alam. Artinya dengan kehadirannya, seluruh alam semesta serta isinya mendapat rahmat darinya; karena itulah tidak ada pilihan lain untuk menjadikan suri tauladan selainnya kecuali beliau. Kedua, merujuk pada beberapa riwayat yang menjelaskan tentang keistimewaan dan kemuliaannya di antara para nabi lainnya; dimana pada hari Kiamat nanti beliau menjadi pemimpin para nabi, juru bicara, dan pemilik syafa’at mereka. Di tanganyalah terletak panji pujian, dan beliaulah yang pertama yang bumi terbelah untuknya saat dibangkitkan dari kubur; beliaulah orang pertama yang mengetuk pintu surga lalu Allah membukakannya untukku dan menyuruhku masuk bersama orang-orang fakir di antara kaum mukminin; dan beliulah yang paling mulia dari kalangan terdahulu dan terkemudian (dapat dibaca dalam beberapa hadits riwayat al-Turmudzi, bab Keutamaan-keutamaan nabi Muhammad saw).
Nama al-‘Aqib, adalah yang menggantikan. Ini dimaksudkan bahwa Nabi Muhammad saw itu merupakan nabi yang menggantikan semua posisi dan kedudukan para nabi sebelumnya dan dialah nabi terakhir yang tidak akan ada lagi nabi setelahnya. Allah swt menjelaskan pada surah al-Ahzab ayat 40: “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Oleh sebab itu, sebuah kerugian besar ketika kita telah mengetahui bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw oleh Allah untuk kemaslahatan hidup manusia dunia akhirat, tetapi tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin melalui ketaataan terhadap risalahnya. Allah swt yang menciptakannya, tetapi Dia juga telah memuliakannya dengan penuh kemuliaan. Banyak pernyataan-pernyataan Allah yang menempatkan kedudukan nabi Muhammad. “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada nabi, maka wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya” (Q.S. al-Ahzab: 56). Pada surah al-Qalam ayat (4) Allah swt juga menunjukkan kepada manusia sebuah pengakuan yang sangat luar biasa: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung“. Semoga bagi siapapun yang namanya menggunakan salah satu nama dari nabi Muhammad di atas, seyogyanya dapat mengimplementasikan nilai kemuliaan nama tersebut dalam realitas kehidupannya; sebab semua yang ada adalah menunjukkan kemuliaan yang dengannya mendapat pujian dan pengangungan dari Allah swt. Janganlah palingkan maknanya sehingga menjadi kehinaan dalam pergaulan hidup bersama.
Wallahul ‘Alam !
Penulis adalah dosen tetap yayasan Universitas Alkhairaat