Kenali Cara Mengatasi Diare Pada Anak

Oleh: dr.Tiara Meirani Valeria Savista, M.Biomed*
Salah satu gangguan pada sistem pencernaan yang sering ditemukan pada anak adalah diare. Meskipun sering terjadi dan dianggap sepele, namun penanganan yang tidak optimal bisa berbahaya untuk anak hingga bisa berisiko berat.
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama dimasyarakat, dari tahun ke tahun diare tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada balita.
Data dari profil kesehatan Indonesia 2020 menunjukkan bahwa diare menjadi penyebab 14,5% kematian pada anak usia 29 hari hingga 11 bulan, dan 4,55% kematian pada anak usia 12 hingga 59 bulan. Pada tahun 2021, kasus diare yang dilaporkan di Indonesia mencapai 7.350.708 untuk semua umur, dengan 3.690.984 kasus terjadi pada balita.
Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi cair, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam. Diare karena infeksi bisa disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit sedangkan diare non infeksi disebabkan karena gangguan fungsi usus, intoleransi dan sensitifitas terhadap makanan, serta akibat reaksi obat-obatan.
Secara umum, penyebaran diare biasa terjadi melalui infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti bakteri, virus, dan parasite. Biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita. Penyebaran bisa juga terjadi karena menurunnya daya tahan tubuh yang disebabkan kurangnya asupan ASI kepada bayi sampai 2 tahun atau lebih. Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit. Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang gizi buruk akan mudah terkena diare.
Organisme penyebab diare dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan gejala klinisnya. Jenis yang pertama adalah diare cair akut dimana balita akan kehilangan cairan tubuh dalam jumlah yang besar sehingga mampu menyebabkan dehidrasi dalam waktu yang cepat. Jenis kedua adalah diare akut berdarah yang sering disebut dengan disentri. Diare ini ditandai dengan adanya darah dalam tinja yang disebabkan akibat kerusakan usus. Balita yang menderita diare berdarah akan menyebabkan kehilangan zat gizi yang berdampak pada penurunan status gizi. Jenis yang ketiga adalah diare persisten dimana kejadian diare dapat berlangsung ≥14 hari.
Beberapa etiologi dari diare yaitu; Infeksi virus, enteroovirus. adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain. Diare cair pada anak sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus, V. cholera dan E.coli. Infeksi bakteri, vibrio, e.coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya. Infestasi parasit, cacing (Ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida albicans).
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada kasus diare adalah dehidrasi. Kondisi dehidrasi pada anak dapat digolongkan menjadi dehidrasi ringan, dehidrasi sedang hingga dehidrasi berat. Pada anak dengan dehidrasi ringan, biasanya anak masih mau makan dan minum dengan baik. Pada fase awal, bisa ditemukan gejala lebih sering haus hingga anak akan menjadi lebih sering minum. Tanda yang dapat ditemukan pada anak dengan dehidrasi adalah mulut dan lidah kering. Pada dehidrasi sedang, anak biasanya akan cenderung lebih lemas dan penurunan keinginan untuk minum. Pada tahapan ini, anak harus diperhatikan lebih lanjut agar tidak menjadi dehidrasi berat. Sedangkan pada kasus dehidrasi berat, anak akan semakin lemas dan tidak ingin makan maupun minum. Kondisi ini bisa sangat berbahaya hingga menyebabkan syok dan penurunan kesadaran.
Tanda yang bisa ditemukan seperti menangis tanpa air mata, mata cekung, buang air kecil sedikit hingga kecoklatan. Selain itu, turgor kulit bisa menurun, dimana ketika kulit ditarik, membutuhkan waktu untuk kembali ke posisi semula. Pada kondisi seperti ini, sangat penting untuk segera membawa anak ke dokter untuk diberikan terapi cairan melalui intravena atau infus untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik hingga penurunan kesadaran.
Cara mengatasi diare yaitu dengan Lima Lintas Diare; (1) Rehidrasi, oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Pemberian oralit harus segera bila anak diare, sampai diare berhenti.
Ketentuan pembuatan larutan oralit adalah sebagai berikut; melarutkan satu bungkus oralit formula baru dalam 200 cc air matang, memberikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar dengan ketentuan untuk anak <2 tahun diberikan 50-100 ml setiap kali buang air besar, sedangkan untuk anak >2 tahun atau lebih diberikan 100-200 ml tiap kali buang air besar.
(2) Zinc, merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan. Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut : Balita umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg)/hari dan balita umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari.
Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mukosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan. Efek samping zinc sangat jarang dilaporkan. Walaupun ada, biasanya hanya muntah. Namun, pemberian zinc dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia seperti dosis yang dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah.
(3) ASI dan Makanan, jika anak masih mendapatkan ASI, maka teruskan pemberian ASI sebanyak dia mau. Karena ASI bukanlah penyebab diare dan ASI justru dapat mencegah diare sehingga bayi dibawah 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan sistim imunitas tubuh bayi.
Pemberian makanan disesuaikan dengan umur anak dan dengan menu yang sama pada waktu anak sehat. Anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih sering. Lakukan ini sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Jangan batasi makanan anak jika ia mau lebih banyak, karena lebih banyak makanan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.
(4) Antibiotic selektif, antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti tetrasiklin atau ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik tidak dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik. Selain bahaya resistensi kuman, pemberian antibiotik yang tidak tepat bisa membunuh flora normal yang justru dibutuhkan tubuh. Antibiotik juga dapat memberikan efek negatif seperti memperburuk diare (antibiotics induced diarrhea). Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.
(5) Nasihat kepada Orang Tua, berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian oralit, zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak buang air besar cair lebih sering, muntah berulang-ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam, tinjanya berdarah tidak membaik dalam 3 hari.
Probiotik adalah mikroorganisme hidup sebagai suplemen makanan yang memberikan pengaruh pada pejamu dengan memperbaiki keseimbangan mikroorganisme usus. Strain yang digunakan sebagai probiotik biasanya dipilih dari flora komersial. Lactobacillus atau bifidobacterium adalah mikro organisme yang paling banyak digunakan dan telah sejak lama digunakan sebagai probiotik. Probiotik memiliki banyak manfaat, meskipun belum direkomendasikan; pemberian probiotik tidak mengurangi intensitas diare, tetapi hanya akan mengurangi kejadian diare. Probiotik akan meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik dalam lumen saluran cerna, sehingga akan terjadi persaingan tempat reseptor permukaan usus, produksi bahan bahan antibiotik, peningkatan pertahanan imun inang (efek adjuvan, peningkatan produksi IgA polimerik, stimulasi sitokin) dan kompetisi dengan patogen untuk nutrisi luminal.
Mencegah diare sering kali lebih mudah dan lebih efektif daripada mengobatinya. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa diambil; Kebersihan Pribadi, mencuci tangan secara teratur dengan sabun, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum makan, adalah salah satu cara terbaik untuk mencegah diare. Keamanan Makanan, memastikan bahwa makanan disiapkan dan disimpan dengan cara yang higienis. Hindari makanan yang tidak dimasak dengan baik, terutama daging dan seafood. Konsumsi Air yang Aman, minum air yang bersih dan aman. Jika Anda tidak yakin tentang kualitas air, lebih baik meminum air kemasan atau mendidihkan air sebelum minum.Hindari Faktor Pemicu, jika anda tahu bahwa anda memiliki intoleransi terhadap makanan tertentu, seperti susu, hindari konsumsi makanan tersebut dan Vaksinasi, ada vaksin yang tersedia untuk beberapa penyebab diare, seperti rotavirus. Pastikan Anda dan anggota keluarga Anda mendapatkan vaksinasi yang diperlukan.
*Penulis adalah dosen Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat