Retinopati Diabetik

Oleh: dr. H. Muh. Akbar, M.Kes
Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi mikroangiopati yang paling umum pada pasien diabetes mellitus dan merupakan penyebab utama kebutaan pada usia produktif diseluruh dunia. Kondisi ini terjadi akibat kerusakan pembuluh darah retina yang dipicu oleh hiperglikemia kronis. Tulisan ini membahas patofisiologi, faktor risiko, diagnosis, serta strategi penanganan retinopati diabetik untuk mencegah kehilangan penglihatan.
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi atau aksi insulin. Salah satu komplikasi mikroangiopati diabetes melitus yang signifikan adalah retinopati diabetik, yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah retina dan berpotensi mengakibatkan kebutaan.
Prevalensi retinopati diabetik meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah pasien diabetes secara global. Oleh karena itu, pemahaman tentang mekanisme, deteksi dini, dan terapi Retinopati diabetik sangat penting dalam upaya menjaga kualitas hidup penderita diabetes. Retinopati diabetik terjadi akibat perubahan metabolik yang disebabkan oleh hiperglikemia jangka panjang.
Beberapa mekanisme patofisiologi utama meliputi:
- Kerusakan pembuluh darah mikro: Hiperglikemia menyebabkan disfungsi endotel dan peningkatan permeabilitas kapiler retina.
- Pembentukan advanced glycation end products (AGEs): Molekul ini merusak struktur dan fungsi protein di dinding pembuluh darah.
- Aktivasi jalur poliol dan protein kinase C: Meningkatkan stres oksidatif dan inflamasi, yang memperparah kerusakan vaskular.
- Iskemia retina dan neovaskularisasi: Kerusakan pembuluh darah menyebabkan hipoksia retina, memicu produksi faktor pertumbuhan seperti VEGF yang merangsang pembentukan pembuluh darah baru yang rapuh dan mudah berdarah.
Klasifikasi : Retinopati diabetik dibagi menjadi dua tahap utama:
- Retinopati Diabetik Non-Proliferatif (RDNP): Ditandai dengan microaneurisma, eksudat keras, perdarahan retina, dan edema makula.
- Retinopati Diabetik Proliferatif (RDP): Ditandai dengan neovaskularisasi retina dan/atau diskus optikus yang dapat menyebabkan perdarahan vitreous dan ablasi retina.
Diagnosis : Diagnosis Retinopati diabetik dilakukan melalui pemeriksaan oftalmologi yang meliputi:
- Oftalmoskopi langsung dan tidak langsung untuk melihat perubahan vaskular retina.
- Fotografi retina (fundus photography) untuk dokumentasi dan pemantauan.
- Fluorescein angiografi untuk menilai kebocoran vaskular dan neovaskularisasi.
- Optical Coherence Tomography (OCT) untuk mendeteksi edema makula secara kuantitatif.
Penanganan : Penanganan retinopati diabetik bertujuan mencegah progresi penyakit dan komplikasi kebutaan, meliputi:
- Kontrol gula darah, tekanan darah, dan lipid secara ketat untuk mengurangi risiko perkembangan RD.
- Laser photocoagulation terutama pada RD proliferatif dan edema makula untuk menghancurkan jaringan iskemik dan mengurangi neovaskularisasi.
- Terapi anti-VEGF (seperti ranibizumab, bevacizumab) yang efektif mengurangi neovaskularisasi dan edema makula.
- Vitrectomy pada kasus perdarahan vitreous masif atau ablasi retina.
Kesimpulan : Retinopati diabetik merupakan komplikasi serius diabetes mellitus yang memerlukan deteksi dan penanganan dini agar dapat mencegah kebutaan. Pendekatan multidisipliner dengan kontrol metabolik ketat dan intervensi oftalmologis telah terbukti efektif dalam mengelola kondisi ini. Edukasi pasien serta skrining rutin sangat penting dalam mengurangi beban penyakit ini secara global.
Penulis adalah: Dosen Fakultas Kedoteran Universitas Alkhairaat.