KERACUNAN MAKANAN: ANCAMAN TERSEMBUNYI DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

KERACUNAN MAKANAN: ANCAMAN TERSEMBUNYI DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Oleh:  Zuhriah Ahsan, S.KM., M.Epid*

Kasus keracunan makanan masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang kerap muncul baik di rumah, sekolah, maupun dikampus. Belakangan ini, sejumlah kasus keracunan massal dilaporkan terjadi setelah program makan bersama. Situasi ini menegaskan bahwa keamanan pangan masih perlu mendapat perhatian serius.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa setiap tahun sekitar 600 juta orang didunia jatuh sakit setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar, dan sekitar 420 ribu diantaranya meninggal dunia (WHO,2015). di Indonesia, data kementerian kesehatan RI menunjukkan bahwa 21% kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular masih didominasi oleh kasus keracunan makanan (kemenkes RI, 2023) angka ini menunjukkan bahwa pangan tidak aman bukan sekedar masalah rumah tangga, tetapi juga isu kesehatan masyarakat yang serius.

Dari sudut pandang epidemiologi, keracunan makanan atau foodborne disease umumnya disebabkan oleh kontaminasi bakteri (seperti salmonella, E. Coli atau staphylococcus aureus), virus maupun toksin yang terbawa makanan. Kontaminasi dapat terjadi di berbagai titik, mulai dari proses penyimpanan bahan makanan, pengolahan, hingga distribusi. Bila satu rantai terganggu, maka risiko penularan akan meningkat.

Lingkungan sekolah dan kampus adalah lokasi yang rawan. Aktivitas makan di kantin, warung sekitar atau konsumsi makanan pesan antar sering kali tidak di sertai pengawasan ketat terkait higienitas. Akibatnya, potensi keracunan makanan dapat terjadi secara massal karena satu sumber pangan yang sama dikonsumsi oleh banyak orang.

Kasus seperti ini biasanya memiliki pola epidemiologi yang khas: timbul dalam waktu singkat setelah acara makan bersama, gejala mirip antarindividu, dan jumlah kasus meningkat cepat. Inilah yang membuat keracunan makanan sering dicatat sebagai kejadian luar biasa (KLB) dalam surveilans kesehatan masyarakat.

Keracunan makanan bukan sekedar masalah perut sakit sesaat. Akan tetapi dampaknya bisa serius terutama pada anak-anak, remaja dan kelompok rentan lainnya. Beberapa konsekuensi yang di timbulkan antara lain:

  1. Kesehatan individu, meliputi gejala diare, muntah, sakit perut, hingga dehidrasi berat yang membutuhkan rawat inap.
  2. Gangguan kegiatan belajar, siswa atau mahasiswa yang sakit akan absen, kegiatan belajar terganggu, bahkan bisa menimbulkan kepanikan.
  3. Kerugian ekonomi, yaitu biaya pengobatan, kerugian bagi penyedia jasa makanan, hingga dampak reputasi bagi sekolah atau kampus.
  4. Beban kesehatan masyarakat, yaitu setiap KLB keracunan memerlukan investigasi, pengendalian dan intervensi cepat dari dinas kesehatan setempat.

Pencegahan sesungguhnya dapat dilakukan dengan langkah sederhana. Pertama, memastikan bahan makanan segar dan penyimpanannya sesuai standar suhu. Kedua menerapkan perilaku higienis di dapur, termasuk mencuci tangan sebelum mengolah makanan. Ketiga penting bagi pihak sekolah maupun pengelola kampus untuk melakukan pemeriksaan rutin terhadap kantin dan penyedia jasa makanan.

Selain itu, edukasi kepada siswa dan mahasiswa juga penting. Mereka perlu memahami bahwa makanan tidak hanya dinilai dari rasa dan harga, tetapi juga dari segi keamanan. Masyarakat akademik yang sadar pangan aman akan lebih kritis dalam memilih makanan, sekaligus menekan risiko kejadian luar biasa keracunan makanan

Keracunan makanan merupakan masalah klasik namun masih sering terjadi di Indonesia. Dari sudut pandangan epidemiologi, penyakit ini dapat di cegah jika semua rantai produksi pangan dikendalikan degan baik. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa kesadaran akan keamanan pangan masih rendah, baik dari penyedia maupun konsumen.

Sekolah dan kampus sebagai tempat pembelajaran, seharusnya menjadi contoh dalam penerapan budaya sehat. Dengan pengawasan kantin, edukasi berkelanjutan, serta keterlibatan aktif civitas akademika, lingkungan Pendidikan dapat benar-benar menjadi tempat yang aman, sehat dan mendukung proses belajar.

Keamanan pangan bukan hanya urusan dapur, tetapi bagian penting dari kesehatan masyarakat. Mari mulai membangun kesadaran ini dari sekolah dan kampus kita.

Penulis adalah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat*

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *