PTERYGIUM

PTERYGIUM

Oleh :  dr. H. Muh. Akbar, M.Kes

Pterygium adalah pertumbuhan jaringan konjungtiva (selaput bening yang melapisi bagian putih mata) yang abnormal ke permukaan kornea. Kondisi ini sering disebut sebagai “mata layang” karena penampilannya yang menyerupai sayap. Pterygium dapat menyebabkan gangguan penglihatan, iritasi, dan bahkan kerusakan pada kornea jika tidak ditangani dengan baik. Meskipun lebih sering terjadi di daerah yang terpapar sinar matahari langsung atau iklim panas dan kering, pterygium dapat mempengaruhi individu di seluruh dunia.

Epidemiologi Pterygium

Pterygium adalah kondisi medis yang lebih sering ditemukan di daerah dengan paparan sinar matahari yang tinggi, terutama di wilayah-wilayah yang terletak dekat dengan garis khatulistiwa. Untuk memahami prevalensi dan distribusi pterygium, penting untuk mempelajari aspek epidemiologisnya. Faktor-faktor lingkungan, sosial, dan genetik berperan besar dalam penyebaran kondisi ini.

  1. Distribusi Geografis

Pterygium lebih umum ditemukan di daerah-daerah tropis dan subtropis, yang mendapat paparan sinar UV yang intensif sepanjang tahun. Beberapa negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, terutama yang berada di sekitar garis khatulistiwa, memiliki angka kejadian pterygium yang lebih tinggi. Di negara-negara ini, faktor paparan sinar matahari yang langsung dan intens memiliki kontribusi besar terhadap prevalensi pterygium.

Di negara-negara dengan iklim yang lebih dingin atau lebih sedikit terpapar sinar matahari langsung, angka kejadian pterygium cenderung lebih rendah. Meskipun demikian, beberapa laporan menunjukkan bahwa pterygium masih dapat ditemukan di negara-negara maju dengan gaya hidup yang mengarah pada paparan sinar matahari yang berlebihan, seperti di kalangan pekerja luar ruangan atau individu yang memiliki kebiasaan beraktivitas di luar ruangan dalam waktu lama.

  1. Faktor Usia

Pterygium lebih sering terjadi pada individu yang berusia antara 20 hingga 50 tahun. Pada usia ini, paparan sinar matahari yang berkepanjangan (baik karena pekerjaan atau kebiasaan sehari-hari) menyebabkan kerusakan kumulatif pada konjungtiva, yang akhirnya berkontribusi pada pembentukan pterygium. Namun, pterygium juga dapat ditemukan pada anak-anak, terutama di daerah dengan sinar matahari yang terik. Pada lansia, pterygium yang berkembang selama bertahun-tahun bisa menjadi lebih parah dan membutuhkan perhatian medis.

  1. Faktor Jenis Kelamin

Studi menunjukkan bahwa pterygium lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Hal ini mungkin terkait dengan gaya hidup, pekerjaan, atau kebiasaan tertentu yang lebih umum pada pria, seperti bekerja di luar ruangan dalam waktu lama (misalnya petani, nelayan, pekerja konstruksi). Namun, angka kejadian pada wanita juga dapat meningkat, terutama jika mereka memiliki kebiasaan serupa dalam paparan terhadap sinar matahari.

  1. Faktor Sosial dan Ekonomi

Pterygium lebih sering ditemukan pada individu yang tinggal di daerah pedesaan atau daerah yang memiliki tingkat pendidikan dan akses terhadap fasilitas kesehatan yang lebih rendah. Di daerah-daerah ini, pekerjaan luar ruangan yang terpapar sinar matahari langsung lebih umum, sehingga meningkatkan risiko pterygium. Sebaliknya, di kawasan perkotaan yang lebih maju, prevalensi pterygium mungkin lebih rendah, karena kesadaran terhadap perlindungan mata dan penggunaan pelindung mata yang lebih tinggi.

  1. Paparan Sinar UV dan Faktor Lingkungan

Paparan sinar ultraviolet (UV) adalah faktor risiko utama dalam pengembangan pterygium. Individu yang bekerja atau beraktivitas di luar ruangan, seperti petani, nelayan, dan pekerja konstruksi, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini karena paparan terus-menerus terhadap sinar matahari. Selain itu, paparan angin dan debu yang ada di daerah gurun atau tempat-tempat berdebu juga dapat meningkatkan iritasi pada mata dan memicu perkembangan pterygium.

  1. Faktor Genetik

Faktor genetik juga berperan dalam kejadian pterygium. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki riwayat keluarga dengan pterygium lebih berisiko untuk mengembangkan kondisi ini. Faktor keturunan dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap paparan sinar UV dan kerusakan jaringan konjungtiva. Namun, meskipun ada faktor genetik, lingkungan tetap menjadi faktor yang lebih dominan dalam perkembangan pterygium.

  1. Prevalensi Global

Secara global, prevalensi pterygium bervariasi. Di beberapa negara berkembang, prevalensi pterygium bisa mencapai 10-20% dari populasi dewasa, sedangkan di negara maju prevalensinya lebih rendah, sekitar 2-5%. Sebuah studi yang dilakukan di negara tropis menunjukkan bahwa prevalensi pterygium di kalangan penduduk desa bisa mencapai lebih dari 30%, sementara di kota besar, prevalensinya hanya sekitar 5-10%.

Epidemiologi pterygium menunjukkan bahwa kondisi ini lebih sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis dengan paparan sinar UV yang tinggi, serta lebih umum terjadi pada individu yang bekerja di luar ruangan. Usia, jenis kelamin, faktor sosial-ekonomi, serta riwayat keluarga juga berperan dalam meningkatkan risiko terkena pterygium. Dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan terhadap sinar matahari dan lingkungan yang lebih baik, prevalensi pterygium dapat dikendalikan.

II Etiologi

Penyebab pasti pterygium belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan kondisi ini:

  1. Paparan Sinar Matahari (UV)

Paparan sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan adalah faktor risiko utama untuk pterygium. Paparan sinar matahari yang terus-menerus menyebabkan iritasi pada konjungtiva dan dapat merangsang pertumbuhan jaringan abnormal.

  1. Lingkungan yang Kering dan Berdebu

Paparan angin, debu, dan kondisi lingkungan yang kering dapat memperburuk iritasi pada mata dan meningkatkan risiko perkembangan pterygium.

  1. Usia

Pterygium lebih sering terjadi pada individu yang berusia 20 hingga 50 tahun, meskipun dapat berkembang pada usia yang lebih muda atau lebih tua.

  1. Faktor Genetik

Beberapa studi menunjukkan bahwa faktor genetik juga dapat berperan dalam peningkatan risiko terjadinya pterygium, terutama pada orang-orang yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini.

III. Gejala Pterygium

Gejala pterygium bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan apakah pterygium mempengaruhi penglihatan. Gejala umum meliputi:

  1. Iritasi atau Sensasi Gatal

Penderita pterygium sering merasakan mata mereka terasa gatal, kering, atau teriritasi.

  1. Kemerahan pada Mata

Mata penderita sering tampak merah, terutama di sekitar area pertumbuhan pterygium.

  1. Penglihatan Kabur

Jika pterygium berkembang cukup besar dan menyebar ke kornea, dapat menyebabkan penglihatan kabur atau terganggu.

  1. Pembengkakan atau Pembentukan Jaringan yang Tampak

Pada kasus yang lebih parah, dapat terlihat pertumbuhan daging berwarna merah muda atau putih di bagian mata yang terinfeksi.

  1. Diagnosis

Diagnosis pterygium umumnya dilakukan melalui pemeriksaan mata oleh dokter spesialis mata. Dokter akan memeriksa mata pasien menggunakan alat oftalmoskop untuk menilai ukuran dan lokasi pterygium. Jika gejala lebih serius atau berkembang ke tahap yang lebih lanjut, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan, seperti tes penglihatan atau pemindaian untuk menilai kerusakan kornea.

  1. Pengobatan

Pengobatan untuk pterygium bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan gejala yang dialami pasien. Beberapa pendekatan pengobatan yang umum meliputi:

  1. Pengobatan Topikal (Obat Tetes Mata)

Untuk kasus pterygium ringan, dokter sering meresepkan obat tetes mata untuk meredakan iritasi dan peradangan. Obat tetes mata antiinflamasi atau tetes mata yang mengandung steroid dapat membantu mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan.

  1. Penggunaan Kacamata Pelindung atau Pelindung Mata dari Sinar Matahari

Menghindari paparan langsung terhadap sinar UV dengan memakai kacamata hitam atau pelindung mata saat berada di luar ruangan dapat membantu mencegah perburukan kondisi.

  1. Operasi (Pembedahan)

Jika pterygium menyebabkan gangguan penglihatan atau gejala yang sangat mengganggu, pembedahan dapat menjadi pilihan untuk mengangkat jaringan abnormal tersebut. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anestesi lokal, dan setelah operasi, pasien mungkin memerlukan waktu pemulihan yang singkat.

  1. Pencegahan

Beberapa langkah pencegahan dapat diambil untuk mengurangi risiko pengembangan pterygium, antara lain:

  1. Menghindari Paparan Matahari yang Berlebihan

Menghindari paparan langsung terhadap sinar matahari, terutama pada jam-jam puncak (antara pukul 10 pagi hingga 4 sore), dapat mengurangi risiko pterygium. Menggunakan kacamata hitam yang melindungi dari sinar UV sangat dianjurkan.

  1. Melindungi Mata dari Debu dan Angin

Jika bekerja atau beraktivitas di lingkungan yang berdebu atau berangin, penggunaan kacamata pelindung atau masker dapat mencegah iritasi pada mata.

  1. Menggunakan Obat Tetes Mata

Jika mata terasa kering atau teriritasi, penggunaan obat tetes mata yang mengandung pelembap dapat membantu menjaga kelembapan mata dan mencegah iritasi yang lebih lanjut.

VII. Komplikasi

Jika pterygium tidak diobati atau berkembang menjadi lebih parah, beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah:

  1. Kerusakan Kornea

Pterygium yang tumbuh lebih jauh ke dalam kornea dapat menyebabkan perubahan pada bentuk kornea, yang berpotensi mengganggu penglihatan.

  1. Infeksi

Infeksi pada jaringan pterygium dapat terjadi jika jaringan tersebut terluka atau jika pengobatan tidak dilakukan dengan tepat.

  1. Recidive (Kambuh)

Pterygium dapat kambuh setelah operasi, meskipun hal ini dapat dicegah dengan perawatan pascaoperasi yang tepat.

VIII. Kesimpulan

Pterygium adalah kondisi mata yang dapat menyebabkan iritasi, gangguan penglihatan, dan komplikasi lainnya jika tidak ditangani dengan baik. Paparan sinar UV, faktor lingkungan, dan faktor genetik berperan dalam perkembangan pterygium. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi paparan sinar matahari dan debu, serta menggunakan pelindung mata yang sesuai. Untuk kasus yang lebih parah, pembedahan dapat diperlukan. Dengan pengelolaan yang tepat, pterygium dapat dikendalikan dan komplikasinya dapat diminimalkan.

Jika Anda mengalami gejala pterygium atau gangguan penglihatan lainnya, segera konsultasikan ke dokter spesialis mata untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.

Penulis : Dosen FK Universitas Alkhairaat

Wartakiat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *