HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Oleh : Julia Sari, SpJP.FIHA

Pendahuluan:

Angka kematian ibu hamil di Indonesia masih cukup tinggi. Data dari badan pusat statistik tahun 2011-2014, terdapat 305 kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup. Hipertensi merupakan satu dari tiga penyebab terbanyak kematian pada ibu hamil dan bersalin, selain infeksi dan perdarahan. Yudasmara 2010 menyebutkan, kejadian hipertensi pada kehamilan di Indonesia sekitar 5-15%.

Berdasarkan penelitian, wanita hamil memiliki risiko yang lebih tinggi untuk  mengalami komplikasi hipertensi pada sistem saraf pusat dibanding wanita yang tidak hamil.  Penelitian pada 81.000 hospitalisasi pada ibu hamil ditemukan hipertensi meningkatkan kejadian stroke 5,2 kali lipat.

 

Tanya Jawab

Q:  Kapan seorang ibu hamil dikatakan mengalami hipertensi?

A:  Ibu hamil dikatakan mengalami hipertensi bila tekanan darah sistolik ³ 140 mmHg dan atau diastolik ³ 90 mmHg dalam dua kali pemeriksaan terpisah, dengan jarak pemeriksaan minimal 4-6 jam.

 

Q:   Bila tekanan darah pada ibu hamil 160/100, apakah ini berbahaya?

A:  Derajat hipertensi pada ibu hamil dibagi menjadi: hipertensi ringan yaitu tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan atau diastolik 90-109 mmHg, dan hipertensi berat bila  tekanan darah sistolik ³ 160 dan atau tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg.

Tekanan darah 160/100 pada ibu hamil termasuk dalam hipertensi berat. Berdasarkan penelitian, hipertensi berat berhubungan dengan meningkatnya angka kematian ibu hamil, keguguran, meningkatnya kebutuhan perawatan intensive pada bayi baru lahir, janin kecil/tidak sesuai umur kehamilan, kelahiran prematur, dan berbagai risiko buruk kehamilan lainnya dibanding kehamilan dengan hipertensi yang tidak berat.

 

Q:  Apa gejala yang dirasakan oleh ibu hamil yang mengalami hipertensi?

A:  Hipertensi ringan biasanya tidak bergejala, kebanyakan kasus ditemukan saat pemeriksaan kehamilan rutin.

Hipertensi berat, seperti preeklamsia biasanya disertai gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, perubahan status mental/penurunan kesadaran, mual/muntah, bengkak pada kedua tungkai, nyeri perut kanan atas epigastrium, lemas, dan dapat ditemukan anemia hemolitik.

 

Q:  Apa itu preeklamsia?

A:  Preeklamsia-eklamsia merupakan hipertensi yang ditemukan setelah umur kehamilan 20 minggu, diikuti paling sedikit satu dari tanda di bawah ini:

  • Proteinuria, yaitu ditemukan protein di dalam urin.
  • Gangguan fungsi organ ibu, termasuk gangguan fungsi ginjal akut (creatinin ³90 mmol/L; 1 mg/dL), peningkatan enzim transferase hepar (>40 IU/L) dengan atau tanpa nyeri perut atas atau epigastrium, komplikasi neurologis (seperti perubahan status mental, kebutaan, stroke, kejang, nyeri kepala hebat, visual scotomata persisten), komplikasi hematologi (penurunan angka trombosit <150.000/mL, DIC/disseminated intravascular coagulation, hemolisis)
  • Disfungsi ureteroplasenta, seperti gangguan pertumbuhan janin, abnormal dopler arteri umbilikus, atau kematian janin setelah umur kehamilan 20 minggu.

 

Q:   Siapa saja yang berisiko untuk mengalami preeklamsia/eklamsia?

A:  Perempuan yang berisiko untuk mengalami preeklamsia/eklamsia yaitu perempuan pada kehamilan pertama (primigravida), kehamilan multipel, obesitas (Index massa tubuh >35 kg/m2), menderita diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit autoimun (sistemik lupus eritematosus, antiphospolipid sindrom). Hipertensi kronik, riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya atau riwayat preeklamsia familial juga meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia/eklamsia.

 

Q:   Ada berapa macam hipertensi pada ibu hamil?

A:   Jenis hipertensi pada ibu hamil ada 4:

  1. Hipertensi kronik, hipertensi ditemukan sebelum kehamilan atau sebelum umur kehamilan 20 minggu, atau hipertensi yang berlanjut sampai 6 minggu paska melahirkan.
  2. Hipertensi gestasional, hipertensi pertama sekali terdiagnosis setelah kehamilan umur 20 minggu, tanpa riwayat hipertensi sebelumnya, dan biasanya membaik dalam 6 minggu paska melahirkan. Hipertensi gestaional merupakan salah satu bentuk hipertensi sekunder.
  3. Preeklamsia-eklamsia, hipertensi yang ditemukan setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai proteinuria (protein di dalam urin) ³ 300 mg/24 jam, eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai kejang.
  4. Hipertensi kronik superimpose preeklamsia, proteinuria onset baru pada wanita dengan hipertensi pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Jika hipertensi dan proteinuria timbul pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu: proteinuria meningkat tiba-tiba, atau hipertensi meningkat tiba-tiba pada pada wanita dengan riwayat hipertensi terkontrol, atau terdapat trombositopenia (penurunan kadar trombosit), atau peningkatan SGOT dan SGPT.

 

Q:  Kapan seorang ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi?

A:  – American College of Obstetrician and Gynecologists (ACOG) 2019, merekomendasikan untuk memulai terapi apabila tekanan darah sistolik ³ 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ³ 110 mmHg. Ibu hamil dengan penyakit penyerta/kerusakan organ target, terapi dimulai pada tekanan darah >140/90 mmHg (guideline 2013).

– Hipertensi Canada merekomendasikan setiap tekanan darah ³ 140/90 mmHg untuk memulai terapi, target tekanan darah diastolik 85 mmHg. Tekanan darah ³ 160/110 mmHg harus segera diturunkan (urgen)

– European Society of Cardiology (ESC) 2018, tekanan darah sistolik ³ 170 mmHg atau diastolik ³ 110 mmHg emergensi untuk diturunkan. Kenaikan tekanan darah yang persisten ³ 150/95 mmHg harus dimulai terapi. Sedangkan pada gestasional hipertensi, pre-existing hipertensi dengan superimpose gestasional hipertensi, kerusakan organ subklinis atau simtomatik, terapi harus dimulai pada tekanan darah >140/90 mmHg.

– International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP) 2018, tekanan darah sistolik ³160 mmHg dan/atau diastolik ³110 mmHg harus segera diturunkan. Jika tekanan darah sistolik ³140 mmHg dan atau diastolik ³90 mmHg, tekanan darah tersebut diturunkan sampai mencapai target diastolik 85 mmHg dan sistolik <160 mmHg (tekanan darah sistolik optimal 110-140 mmHg)

Sebagian besar guideline merekomendasikan untuk memulai terapi apabila tekanan darah di atas 160/110 mmHg, namun pada gestasional hipetensi atau hipertensi kronik superimposed hipertensi gestasional, adanya kerusakan organ subklinis atau simtomatik direkomendasikan untuk memulai terapi pada tekanan darah yang lebih rendah, yaitu >140/90 mmHg.

 

Q:   Berapa target penurunan tekanan darah yang harus dicapai ibu hamil yang mengalami hipertensi?

A:   NICE guideline merekomendasikan target terapi penurunan tekanan darah 135/85 mmHg.

British guideline dan ACOG menyebutkan target tekanan darah diastolik pada ibu hamil yang mengalami hipertensi di atas 80 mmHg, tujuannya untuk mempertahankan aliran darah utero-placenta. Target tekanan darah sistolik <160 mmHg (tekanan darah sistolik optimal 110-140 mmHg).

 

Q:  Obat antihipertensi apa saja yang dapat digunakan saat hamil?

A:  Obat-obatan antihipertensi yang digunakan pada saat hamil adalah obat-obatan yang sudah terbukti aman, sudah lama digunakan untuk kepentingan klinis dengan efek samping yang dapat diterima oleh dokter kandungan.

– Berdasarkan Working Grup Report of NHBPEP, methyldopa direkomendasikan sebagai inisial terapi antihipertensi oral atau intravena pada kehamilan. Penelitian terbaru melaporkan bahwa terapi methyldopa pada kehamilan, tidak mempengaruhi dopler pulsasi dan resistensi arteri uterus maternal. Dosis methyldopa 0,5-3 g/hari terbagi dalam 2-3 dosis.

– Beta blocker, terutama labetalol keamanannya sama dengan methyldopa dengan kemungkinan efikasi yang lebih baik. Hati-hati pada penggunaan dosis yang besar, efek samping yang dapat terjadi berupa hipoglikemia pada bayi baru lahir, bradikardi atau denyut jantung lambat. Dosis labetalol 200-1200 mg, diberikan 2 kali sehari.

Sedangkan betablocker atenolol tidak dapat digunakan pada ibu hamil, karena dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang janin (IUGR).

– Calcium channel blocker, nifedipine dapat menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah di arteri umbilikal. Dosis nifedipine 30-90 mg/hari dalam bentuk tablet lepas lambat (slow release).

Verapamil, merupakan alternatif antihipertensi lain yang dapat digunakan. Efek samping yang menjadi kehati-hatian saat menggunakan antihipertensi ini, apabila terjadi interaksi dengan magnesium dapat menyebabkan bradikardi.

 

Amlodipin, salah satu calcium channel blocker yang sering digunakan pada ibu hamil. Data mengenai keamanan penggunaan amlodipin pada ibu hamil sebenarnya sangat sedikit, namun laporan dari 3 serial kasus dan salah satu studi pilot menunjukkan amlodipin tidak menyebabkan efek teratogenik (berbahaya bagi janin).

– Diuretik, golongan thiazide bermanfaat pada hipertensi kronik. Efek samping yang harus diperhatikan berupa penurunan volume cairan tubuh dan gangguan elektrolit. Namun ini jarang terjadi pada penggunaan dosis yang kecil. Namun, Nice guideline tidak merekomendasikan penggunaan diuretik golongan thiazide atau obat-obatan sejenis pada ibu hamil, karena dapat meningkatkan risiko abnormalitas pada janin dan bayi baru lahir.

– Penggunaan Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEIs), angiotensin reseptor blocker (ARBs), renin inhibitors, spironolacton dan eplerenon pada kehamilan tidak direkomendasikan oleh semua guideline. Penggunaan obat-obat tersebut pada trimester kedua dan ketiga meningkatkan risiko komplikasi berupa renal displasia, hipoplasia pulmonal dan hambatan tumbuh kembang.

 

Q:   Selain obat-obatan antihipertensi, apa saja yang dapat dilakukan oleh ibu hamil untuk  mencegah pemberatan hipertensi maupun efek samping hipertensi pada ibu dan janin?

A:    – Pada pasien hipertensi kronik, disarankan untuk menjaga berat badan, berolahraga, makanan makanan yang sehat, mengurangi konsumsi garam. Tetap melanjutkan konsumsi obat antihipertensi yang aman untuk ibu hamil atau diganti alternatif lain, kecuali tekanan darah sistolik kurang dari 110 mmHg atau tekanan darah diastolik kurang dari 70 mmHg, atau terdapat gejala dari hipotensi.

–  Pada pasien dengan hipertensi kronik disarankan untuk menggunakan aspirin 75-150   mg/hari sejak umur kehamilam 12 minggu.

– Pemantauan ketat pada pasien hipertensi gestasional atau preeklamsia tanpa perburukan, dengan penilaian serial gejala ibu dan gerakan janin setiap hari oleh pasien, pengukuran serial tekanan darah dua kali seminggu, serta penilaian trombosit dan enzim hati mingguan.

–   Untuk pasien hipertensi gestasional, pemantauan tekanan darah setidaknya seminggu sekali dengan penilaian proteinuria.

–  Pembatasan konsumsi garam tidak rutin direkomendasikan pada preeklamsia, karena pada preeklamsia sering terjadi penurunan volume darah. Pada kondisi ini, dianjurkan untuk istirahat (bed rest), karena bed rest dapat menurunkan tekanan darah, memicu diuresis, dan menurunkan risiko melahirkan prematur.

 

Q:  Kapan waktu melahirkan yang baik untuk ibu hamil dengan hipertensi?

A:  Waktu melahirkan yang baik untuk ibu hamil dengan hipertensi tanpa komplikasi pada usia kehamilan 37 minggu. Ibu hamil dengan preeklamsia disertai gangguan penglihatan atau gangguan pembekuan darah atau HELLP sindrom direkomendasikan untuk melahirkan sesegera mungkin.

 

Q:  Apakah semua ibu hamil dengan hipertensi harus menjalani operasi seksio sesaria?

A: Pada ibu hamil dengan hipertensi, melahirkan dengan metode pervaginam lebih direkomendasikan, kecuali ada kontraindikasi secara obstetri atau kontraindikasi medis yang lain.

 

Q:   Setelah melahirkan, apakah ibu masih harus menggunakan obat-obatan antihipertensi?

A: Apabila hipertensi masih menetap setelah melahirkan, maka penggunaan obat-obatan antihipertensi harus dilanjutkan. Hampir semua obat-obatan antihipertensi disekresikan di dalam air susu ibu dengan jumlah yang bervariasi. Karena kurangnya penelitian tentang hal ini, hampir semua dokter sepakat bahwa pada ibu menyusui digunakan obat-obatan yang sama seperti saat hamil. Penggunaan methyldopa harus dihindari karena risiko depresi paska melahirkan pada ibu.

 

Penulis : Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Wartakiat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *