Pemanfaatan Bus Trans Palu Sebagai Media Literasi Berlalu Lintas dan Literasi Sastra Anak  

Pemanfaatan Bus Trans Palu Sebagai Media Literasi Berlalu Lintas dan Literasi Sastra Anak   

Oleh: Rani Fardani, S.S., M.Pd.*

“Telolet om telolet!”, teriak anak-anak meminta sopir membunyikan klakson ketika bus trans Palu melintas dihadapan mereka. Entah apakah mereka mengetahui perbedaan antara bus umum, bus sekolah atau bus antar provinsi, namun mereka tetap saja riang gembira melihat bus yang baru diluncurkan oleh pemerintah kota Palu melalui dinas perhubungan.

Keberadaan bus trans Palu yang mulai beroperasi oktober 2024 lalu, menyita perhatian berbagai kalangan di kota Palu, mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga lansia. Mereka sangat bersemangat untuk mencoba menggunakan bus tersebut, menunggu di halte atau tempat pemberhentian yang telah ditetapkan dibeberapa titik dengan berbagai rute tujuan di sekitaran wilayah Kota Palu. Tidak jarang terlihat bus penuh dengan anak-anak sekolah yang didampingi oleh gurunya saat jam sekolah, mulai dari siswa TK, SD, SMP hingga SMA. Keberadaan bus ini disambut gembira oleh seluruh warga kota Palu, apalagi selama oktober-desember 2024 masyarakat dapat menikmati layanan bus trans Palu secara gratis.

Moda transportasi publik terkhusus bus trans Palu menjadi salah satu media pembelajaran yang menyenangkan. Mengapa menyenangkan? karena penumpang secara visual dapat menikmati, mempelajari dan merasakan langsung segala sesuatu yang mereka lihat secara nyata. Salah satu contoh, mengajak anak-anak menggunakan bus bukan hanya tentang perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. Aktivitas ini memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak, baik dari segi kognitif, emosional, psikomotorik, sosial dan lingkungan.

Pemanfaatan bus trans Palu akan memberikan pengalaman baru bagi anak sehingga dapat membuka wawasan baru dan luas salah satunya tentang literasi berlalu lintas. Mereka juga akan diberikan pengalaman melihat tempat-tempat baru dan merasakan hal-hal berbeda setiap kali menggunakan moda transportasi tersebut.

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh anak ketika diajak menaiki bus:1) Pengenalan terhadap moda transportasi umum, yakni memberikan mereka pengetahuan dan pengalaman langsung mengenai cara kerja sistem transportasi publik. Mereka akan belajar tentang apa saja yang terdapat dalam bus (misal kursi penumpang umum atau kursi penumpang khusus, handle grip pegangan tangan, buku petunjuk, safety hammer, kotak P3K, APAR, AC, CCTV pengaman dan fasilitas keamanan lainnya), rute perjalanan, jadwal keberangakatan, hingga cara berinteraksi dengan petugas bus dan penumpang lainnya.

Ini menjadi pembelajaran nyata yang belum tentu mereka dapatkan di dalam kelas, 2) Mengasah kecerdasan emosional anak: dengan mengajak anak menaiki bus dapat melatih kemampuan emosional mereka seperti kemandirian, tanggung jawab dan kepercayaan diri. Anak belajar bagaimana membeli tiket, bertanya dan menentukan rute tujuan. Anak dapat belajar bagaimana mengelola rasa takut dan cemas saat mereka harus bepergian sendiri, ketika anak sudah dapat mengelola rasa takut dan cemasnya maka akan timbul rasa percaya diri karena telah memiliki kemampuan navigasi yang baik dan tahu bagaimana mengatasi berbagai situasi yang mungkin akan muncul selama perjalanan dalam bus.

Mereka juga akan terlatih mengikuti aturan yang berlaku di dalam bus dan mempelajari tata tertib berlalu lintas sebagai sesama pengguna jalan raya. Pengalaman ini juga melatih mereka bertanggung jawab untuk menjaga barang milik pribadi dan menghargai barang milik orang lain, 3) Mengasah dan mengembangkan kemampuan sosial anak: dengan mengajak anak menaiki bus, anak diberikan kesempatan secara langsung untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang dari latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda. Pengalaman ini mengedukasi mereka sejak dini untuk mengenal keberagaman dan belajar untuk bersikap toleran. Mereka dapat melihat langsung bagaimana orang dari berbagai kelompok hidup berdampingan dan saling menghargai di ruang publik. Mereka dapat belajar tentang etika, kesopanan dan rasa empati seperti memberikan tempat duduk bagi kelompok rentan serta berbicara dengan sopan kepada sesama penumpang bus.

Hal ini melatih mereka sejak dini untuk melakukan tindakan walapun kecil namun sangat bermakna bagi orang lain, 4) Mengasah kepekaaan menjaga lingkungan: memperkenalkan anak-anak pada bus sejak dini dapat mengurangi ketergantungan mereka terhadap penggunaan kendaraan pribadi di masa mendatang. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang menyebabkan makin meningkatnya polusi udara serta kemacetan.

Dari berbagai manfaat di atas, aktivitas mengajak anak-anak untuk menggunakan bus trans Palu bukan hanya ‘kegiatan biasa’ yang dilakukan sehari-hari tetapi juga sebagai sebuah proses pembelajaran yang dirasakan secara nyata oleh anak dan sangat berharga bagi pemahaman literasi berlalu lintas mereka. Dari pemahaman yang baik tentang literasi berlalu lintas, maka dapat dikembangkan lagi untuk mengasah kemampuan literasi sastra anak, misal: anak diarahkan untuk menuliskan apa saja yang mereka lihat, dengar, dan alami selama menggunakan bus.

Literasi sastra anak berbicara tentang bagaimana memberdayakan anak untuk dapat mencintai sastra agar nilai-nilai etika, estetika dan moral terserap secara meluas. Sastra anak meliputi semua jenis penulisan kreatif dan imaninatif, menguraikan pemahaman dan kesenangan yang berkaitan dengan dunia anak-anak, bahasa yang digunakan pun sesuai dengan perkembangan intelektual dan emosional anak. Secara konseptual, sastra anak tidak jauh berbeda dengan sastra orang dewasa, yakni meliputi segala sesuatu yang berkenaan dengan pikiran, perasaan dan wawasan tentang kehidupan.

Melalui pengalaman dan pengamatan langsung menggunakan bus, anak dapat diarahkan menuliskan apa saja, sehingga mereka tidak hanya menghabiskan waktu dalam bus dengan percuma tetapi memiliki aktivitas yang bermanfaat selama perjalanan atau setelah selesai menggunakan bus. Bagaimana anak diarahkan menciptakan suatu karya sastra? Misal: 1) usia 1-2 tahun: anak diajak bermain kata yang berkaitan dengan bus atau apa saja yang mereka lihat selama dalam perjalanan, 2) usia 2-7 tahun: anak diajak bercerita selama perjalaan dalam bus, mengajarkan anak secara tidak langsung membuat dan memahami struktur cerita sederhana, 3) usia 7-12 tahun: anak dapat diarahkan untuk menuliskan apa saja yang dilihat, didengar dan dialaminya selama dalam perjalanan di dalam bus, anak dapat diarahkan menuliskan puisi ataupun karangan singkat, 4) usia 12-17 tahun, anak dapat dimotivasi untuk membuat tulisan yang lebih terarah dan kompleks, misal membuat karangan atau cerpen yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik dari pengalamannya selama menggunakan bus.

Kelak, bukan tentang seberapa mahal mainan yang dibelikan atau baju branded yang anak punyai, tapi yang akan selalu diingat dan membekas adalah kenangan apa yang sudah terukir di masa tumbuh mereka, bisa jadi pengalaman menggunakan bus trans Palu menjadi puzzle terindah dalam perjalanan dan perkembangan hidup anak-anak di sekitar kita.!!!

*Penulis adalah Dosen Fakultas Sastra Universitas Alkhairaat Palu.

 

 

 

 

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *