Varises Bukan Hanya Masalah Kosmetik

Varises Bukan Hanya Masalah Kosmetik

Oleh : Mohamad Zulfikar Sp.B,SubSp.BVE(K)

arises yang lebih dikenal dalam dunia kedokteran dengan nama Chronic Venous Insufficiency (CVI) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gangguan aliran darah balik yang parah di ekstremitas bawah. Varises di masyarakat awam dianggap hanyalah sebuah masalah kosmetik semata namun memiliki resiko gangguan kualitas hidup bagi penderitanya.

Pasien dengan CVI biasanya pada tahap awal menunjukkan kombinasi manifestasi klinis berupa edema pitting dependen, ketidaknyamanan pada kaki, kelelahan, dan rasa gatal. Meskipun terdapat variasi dalam presentasi antar pasien, manifestasi klinis tertentu yang lebih umum muncul, meliputi: telangiektasia, vena retikuler, varises, nyeri, kram otot, gatal, sensasi tertusuk, dan sensasi berdenyut. Gejala mungkin membaik dengan elevasi kaki dan tidak terpengaruh dengan aktivitas.

Klasifikasi Clinical-Etiology-Anatomy-Pathophysiology (CEAP) adalah sistem standar yang digunakan dalam penilaian CVI, menyediakan metode komunikasi yang konsisten dengan menggunakan deskriptor spesifik untuk mengkategorikan tingkat keparahan dan sifat CVI. Sistem CEAP membantu dalam standarisasi CVI ke dalam kelas-kelas yang berbeda, yang dapat memandu pengambilan keputusan tata laksana dan membantu menilai prognosis. CEAP C2-6 menunjukkan tingkat keparahan CVI yang lebih tinggi, dengan gejala seperti varises, edema, dan perubahan kulit. Derajat keparahan ini memerlukan tata laksana yang lebih agresif untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pasien dengan insufisiensi vena kronis harus diobati berdasarkan tingkat keparahan dan karakteristik penyakit. Tujuan utama manajemen adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan dan edema, mengurangi refluks vena dan varises, serta menyembuhkan ulkus. Pendekatan manajemen yang direkomendasikan adalah menggunakan tata laksana konservatif (misalnya, elevasi kaki, latihan resistensi, manajemen berat badan, dan terapi kompresi) baik secara tunggal atau bersamaan dengan terapi lain, termasuk prosedur intervensi. Pasien CEA C1-2 mendapatkan tata laksana secara konservatif.

Dalam beberapa dekade terakhir, ligasi bedah tradisional dan stripping merupakan standar emas dari terapi vena varikosa akibat insufisiensi. Tata laksana tradisional adalah pembedahan, yang melibatkan pemutusan hubungan saphenofemoral dan/atau sapheno-popliteal dengan atau tanpa stripping dari vena aksial superfisial. Biasanya, tata laksana pembedahan dilakukan dengan menggunakan anestesia umum atau spinal. Tata laksana pembedahan memerlukan perawatan di rumah sakit,  dapat menyebabkan komplikasi terkait luka, dan fenomena neovaskularisasi / kekambuhan akibat diseksi pangkal paha yang meningkatkan risiko perdarahan, kesemutan, infeksi, biaya rumah sakit yang lebih tinggi, dan pemulihan yang lebih lama.

Di antara berbagai teknik yang digunakan dalam intervensi endoablasi vena, dua teknik ablasi yang paling banyak diterapkan adalah Endovenous Laser Ablation (EVLA) dan Endovenous Microwave Ablation (EMA). Komplikasi intervensi endoablasi vena meliputi trombosis vena dalam, emboli paru, abses, seroma, hiperpigmentasi, dan luka bakar pada kulit. Kesimpulan dari pembahasan diatas yaitu penanganan varises harus tepat agar dapat mencegah komplikasi dan tentunya bisa menggagu kualitas hidup dari penderitanya.

Penulis : Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Wartakiat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *