In Memoriam Habib Shaleh, Guru Mbaso: Habib Shaleh Tidak Pernah Marah Sama Saya

Palu-WartakiatΙ Habib Musthafa bin Saggaf bin Muhammad Aljufri, melontarkan pernyataan penuh hikmah atas wafatnya sang paman, Habib Dr Shaleh bin Muhammad Aljufri yang dimakamkan hari ini di kompleks Pesantren Abnaul Khairaat, di desa Beka, kecamatan Marawola, kabupaten Sigi. Sabtu, (12/11).
Putera almaqfurlah habib Saggaf bin Muhammaf Aljufri yang dikenal dengan Guru Mbaso itu mengaku, semasa hidupnya, sang paman yang sejatinya sangat diseganinya itu tidak pernah sedikit pun memarahinya, bahkan sebaliknya sang paman atau aminya itu sangat menyayanginya.
Guru Mbaso juga menyebut suasana pemakaman siang tadi, langit seolah ikut merasakan kesedihan seperti yang dirasakannya.
Langit sempat mendung, bahkan sejak dari masjid Nur Assa’adah usai disholatkan, menuju Dolo Kotarindau dalam perjalanan sempat diguyur hujan ringan. Namun ribuan pelayat yang mengantar almarhum tak bergeming, begitu juga halnya, warga masyarakat, ibu-ibu dan anak-anak sekolah Alkhairaat sigap dengan kamera gawainya merekam momen itu.
Mereka berbaris sepanjang jalan mulai dari desa Kalukubula hingga tiba di Masjid Alkhairaat Kotarindau Dolo untuk dishalatkan kedua kalinya. Ribuan abnaul khairaat Dolo dan sekitarnya memenuhi masjid Alkhairaat sebelum diantar ke peristirahatan terakhir di desa Beka.
“Kami bersaksi ami Saleh orang yang baik, sangat cinta kepada saudara dan pelindung bagi saudara-saudaranya، Khidmat kepada Ibu dan suka beramal jariah,”kata habib Abdul Rahman di akun pribadinya.
“Habib Shaleh meninggal dalam usia 56 tahun, Alkhairaat kehilangan sosok ulama muda, tapi Allah lebih sayang. Kami yang ditinggalkan bersedih, tetapi engkau sudah bahagia di alam barzah, bertemu dengan kakek, ayahanda maupun kakak-kakakmu, saat ini engkau dijemput oleh jaddy Idrus, jaddy Muhammad, ami Saggaf, abi dan ami Alwy,” tutup habib Abdul Rahman bin Abdillah bin Muhammad Aljufri.
Laporan: Ridwan Laki