Kisah Cinta Zainab binti Rasulullah dan Abul Ash bin Al Rabi’

Kisah Cinta Zainab binti Rasulullah dan Abul Ash bin Al Rabi’

PALU- Ribuan orang memenuhi masjid dan pelataran masjid Alkhairaat pusat Palu. Selasa malam, (31/12). Mereka datang dari berbagai penjuru memenuhi undangan DPP HPA, DPW HPA dan Majelis Arraodah untuk mengikuti zikir akhir tahun, pembacaan Simtuddurar atau yang lebih dikenal dengan maulid Habsyi, pembacaan doa dan tausyiah oleh para habaib.

Ketua DPW HPA, Dedi Irawan, mengatakan, kegiatan itu diinisiasi oleh DPP HPA dibawah kepemimpinan Habib Husein bin Idrus Alhabsyi dan majelis Arraodah serta di backup oleh DPW dan Pengurus Daerah HPA Kabupaten/Kota.

Ia mengatakan, tema yang di angkat kali ini, “Menciptakan Indonesia yang kuat, Maju dan Bebas Narkoba dengan Bingkai Kerukunan dan Kedamaian antar Ummat Beragama Berlandaskan Ketaqwaan”

Sementara itu, Ustadz Husein Salim Bachmid tausiyahnya, mengurai kisah cinta Sayyidatuna Zainab binti Muhammad SAW dengan Abul Ash bin Alrabi’.
” Kalau kita bicara cinta yang lebih dulu kita ingat adalah kisah cinta Romeo dan Juliet, padahal dalam Islam banyak kisah yang menjadi panutan keluarga muslim, salah satunya, kisah cinta Sayyidatuna Zainab dan Abul Ash bin Alrabi’,” katanya.

Ia mengisahkan, sebelum Nabi diangkat menjadi Rasul, istri tercinta Sayyidatuna Khadijah berkeinginan menjodohkan puteri mereka dengan anak saudara perempuannya, Hala binti Khuwailid yang bernama Abul Ash bin Alrabi’ salah seorang pemuda Quraisy yang mahir dalam ilmu perdagangan. Sebelum menyetui permintaan istri tercintanya, Nabi bertanya kepada puterinya, yang dijawab puterinya dengan gestur diam dan wajah yang memerah. Isyarat itu kata Nabi, seperti dikutip ustadz Husein pertanda puterinya setuju dengan perjodohan itu.

Singkat cerita, saat peristiwa hijrah, Nabi dan seluruh anggota keluarganya memutuskan meninggalkan kota Mekkah. Sayyidatuna Zainab meminta izin kepada ayahandanya agar tetap di Mekkah untuk mendampingi suaminya yang belum memeluk agama Islam dan Rasullullah mengabulkan permohonan puterinya itu.

Saat terjadi perang Badar, salah satu yang menjadi tawanan perang adalah suami tercinta Sayyidatuna Zainab. Mendengar informasi itu, Puteri Rasullullah itu menebus suaminya dengan sebuah kalung pemberian ibunya saat ia menikah. Saat kalung itu sampai ditangan Rasullullah, Nabi menangis dan meminta persetujuan para sahabat untuk membebaskan anak mantunya itu.

Bersamaan itu pula, turun ayat yang tidak membolehkan pernikahan beda agama. Nabi memanggil Abul Ash dan meminta kepadanya untuk mengembalikan puterinya dan anak-anaknya. Abul Ash menyanggupi permintaan ayah mertuanya itu.

Namun yang menarik, kata Ustadz Husein, pada masa ini dua anak manusia mulia ini sama-sama menolak untuk menikah dengan orang lain, bahkan Abul Ash dengan tegas mengatakan, tidak ada wanita lain yang saya kenal sebaik Sayyidatuna Zainab.

Saat terjadi pergolakan, Abul Ash bersama rombongan dagang saat melintas pada malam hari disebuah wilayah di Madinah ia kembali ditangkap pasukan muslimin. bersama rombongan dagang ia ditawan. Malam itu, Abul Ash berhasil menyelinap menemui mantan istrinya meminta jaminan keamanan.

Ustadz Husein melanjutkan, tiba waktu shubuh, saat nabi mengangkat takbir, dari belakang, Sayyidatuna Zainab berteriak, bahwa dirinya siap menjadi jaminan keselamatan Abul Ash bersama rombongan dagangannya.

Usai shalat shubuh, nabi Muhammad SAW meminta pertimbangan para sahabat, dan disepakati Abul Ash bersama rombongan dan seluruh dagangannya diizinkan kembali ke Mekkah dalam keadaan selamat dan tidak ada sedikitpuj dagangannya yang kurang.

Atas izin Allah kata Ustadz Husein, setibanya di kota Mekkah dihadapan para kafilahnya, Abul Ash langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, saat itu juga ia menuju Madinah menemui Rasulullah dan mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapan Rasulullah SAW dan meminta dinikahkan kembali secara Islam dengan Sayyidatuna Zainab binti Rasulullah Muhammad SAW.

Keduanya akhirnya dinikahkan oleh Nabi Muhammad SAW, keluarga ini hidup bahagia, Allah lebih dulu menjemput Sayyidatuna Zainab kemudian dua tahun berikutnya disusul sang suami tercinta Abul Ash bin Alrabi’.

Kisah ini, kata Ustadz Husein mengajarkan kita untuk mencintai dan menyayangi istri dan anak-anak, begitu juga sebaliknya.

Turut hadir, pada kegiatan zikir akhir tahun di masjid Alkhairaat, Rektor Unisa, Dr. Umar Alatas, Habib Hasan bin Idrus Alhabsyi, para habaib, serta Pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Mustafa Lilkhairaat Habib Idrus bin Ali Alhabsyi yang juga menyampaikan tausyiah pada kesempatan itu. IWANLAKI

Wartakiat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *