Bonus Demografi dan Tantangan Indonesia Menuju Generasi Emas Tahun 2045

Bonus Demografi dan Tantangan Indonesia Menuju Generasi Emas Tahun 2045

Oleh: Fachri Kurnia Bhakti B, S.Pi., M.Si*

Indonesia diperkirakan akan menghadapi tahun emas pada tahun 2045 karena akan mendapatkan bonus demografi sekaligus juga merayakan 100 tahun kemerdekaan bangsa pada tahun tersebut. Bonus demografi harus dimaksimalkan untuk mendorong perekonomian nasional. Pada tahun 2045, 70% penduduk Indonesia ada di kelompok usia produktif (15-64 tahun) dan sisanya 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan di atas 65 tahun).

Walaupun Indonesia memiliki keuntungan bonus demografi, namun ada tantangan yang dihadapi untuk mencapai generasi emas pada tahun 2045. Tenaga kerja Indonesia saat ini terdiri dari 78 juta pekerja informal, hanya 10% dari tenaga kerja yang merupakan lulusan universitas. Sehingga Indonesia membutuhkan lebih banyak tenaga kerja berpendidikan dan berketerampilan tinggi. Indonesia perlu memiliki free movement tenaga kerja terampil sekaligus meningkatkan kualitas tenaga kerja nasional melalui akses pendidikan global sehingga dalam 20-30 tahun mendatang, Indonesia akan punya talenta yang lebih berkembang.

Negara-negara Eropa seperti Prancis memiliki tiga fokus untuk meningkatkan level persaingan mereka pada 2030 yakni kesehatan dan penelitian, sektor akademis melalui penambahan talenta digital di deep tech dan di AI, dan transisi energi untuk dekarbonisasi di dunia. Indonesia tidak boleh kalah dari negara tersebut karena populasi penduduk kita terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ke-4 di dunia dengan usia rata-rata 26 tahun

Tantangan dan hambatan kedepan menuntut segala pihak untuk berperan aktif, untuk itu semua pihak, pemerintah, swasta dan masyarakat harus menyiapkan generasi muda yang berpendidikan dan berketerampilan tinggi serta inovatif dengan adopsi teknologi di masyarakat yang semakin baik dan visi ekonomi yang berorientasi industri hilir.

Perguruan tinggi sebagai jenjang pendidikan lanjutan tidak terlepas dari perannya membentuk karakter generasi penerus bangsa. Ada beberapa tantangan pendidikan yang perlu kita cermati saat ini. Bonus demografi adalah salah satu tantangan terbesar, dimana ini menjadi beban bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan calon pemikir generasi muda dalam jumlah yang besar.

Dosen dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa dalam bidang wirausaha. Mengajarkan terkait manajemen usaha, dan strategi pemasaran produk hasil. Dosen dapat melakukan penelitian yang mendukung pengembangan produk dan teknologi terbaru.

Dosen dapat membantu menemukan solusi untuk masalah-masalah dasar dan menciptakan inovasi yang dapat diterapkan dalam usaha pertanian, perikanan, kehutanan. Dosen dapat menjadi pembimbing bagi mahasiswa yang tertarik untuk berwirausaha.

Dosen dapat memberikan saran dan panduan tentang bagaimana memulai dan mengelola usaha yang sukses. Dosen sering memiliki jaringan yang luas dalam dunia industri terkait. Dosen dapat membantu mahasiswa dan wirausaha untuk membangun hubungan dengan pemangku kepentingan, seperti nelayan,petani, pemasok, dan investor potensial.

Dosen dapat memberikan layanan konsultasi kepada wirausahawan yang membutuhkan bantuan dalam mengatasi masalah atau mengembangkan strategi bisnis mereka. Dosen dapat menginspirasi mahasiswa untuk menjalani karir kewirausahaan dengan memberikan contoh dan motivasi.

Inovasi-inovasi ini dapat mencakup penggunaan teknologi modern, pengembangan sumber faktor produksi, atau metode berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan.
Kewirausahaan juga memungkinkan dideversifikasi produk, ini penting karena dapat membantu mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi harga komoditas.

Pengusaha dapat menciptakan produk-produk bernilai tambah seperti makanan olahan, minuman, atau produk-produk organik yang lebih menguntungkan. Kewirausahaan mempu meningkatkan nilai tambah dalam industri pertanian, perikanan dan kehutanan. Misalnya, mengubah produk perikanan menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi, buah-buahan menjadi jus atau mengolah susu menjadi produk susu olahan. Dengan cara ini, nelayan, pembudidaya, petani dan pengusaha dapat memperoleh harga dan nilai jual tinggi untuk produk mereka.

Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo yang pernah mengajak agar produk Indonesia membanjiri pasar dalam negeri. “Negara kita negara besar, pasar sangat besar, peluang juga sangat besar. Orang luar lihat bahwa pasar kita harus diserang dan diduduki. Saya katakan dalam ruangan ini, jangan mau pasar kita diduduki oleh entrepreneur dari negara lain”. kata Presiden saat itu.

Pernyataan Presiden sebenarnya adalah tantangan agar lebih banyak masyarakat yang berwiraswasta. Melalui wirausaha, dihasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih terbuka di dalam negeri.

Populasi wirausaha penting, karena merekalah yang mampu melihat peluang, mengembangkan, dan menciptakan bisnis baru. Alhasil tercipta lapangan kerja dan tumbuhnya perekonomian negara. Terlebih di zaman digital, nyaris tak ada kendala untuk memulai bisnis. Modal utama adalah kreatifitas dan keberanian.

Siapapun bisa membuka gerai online, tanpa harus membuka toko fisik terlebih dulu. Makanan, minuman, aplikasi, jasa, apa saja,dsb. Demikian juga promosi dan pemasaran lebih mudah dan cepat dilakukan lewat media sosial. Revolusi industri 4.0 memang sesuatu tantangan yang harus kita persiapkan dengan matang, misalnya melalui program pengembangan UKM berbasis digital.”

Sebagai bahan kajian bahwa perkiraan jumlah kewirausahaan di lima negara maju pada tahun 2021, Amerika Serikat memiliki sekitar 31,7 juta bisnis kecil dan menengah (Small and Medium-sized EnterprisesSMES), menurut data dari Small Business Administration (SBA). Jerman memiliki lebih dari 3,5 juta bisnis.

Menurut statistik resmi dari Bundesagentur für Arbeit (Badan Tenaga Kerja Federal). Prancis memiliki sekitar 3,9 juta usaha menurut Institut National de la Statistique et des Études Économiques (INSEE). Inggris memiliki sekitar 6 juta bisnis menurut data dari Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris (Department for Business, Energy & Industrial Strategy). Sementara Jepang memiliki sekitar 5,4 juta bisni, menurut data dari Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (Ministry of Economy, Trade and Industry).

Kita harus mulai merubah sistem belajar Perguruan tinggi. Sejak pertama masuk, mahasiswa sudah bisa membuat bisnis plan, sehingga ketika lulus mereka ingin jadi pebisnis. Para calon wirausaha ini dituttut menciptakan apa yang menjadi keunggulan domestik. Untuk itu penting di perguruan tinggi, bagaimana menyinergikan riset di universitas dengan inkubator bisnisnya. Kita harus memanfaatkan masa golden age ini sebagai masa pembinaan, pengarahan dan pembimbingan.

Penulis adalah: Dosen Agribisnis, Fakultas PerikananUniversitas Alkhairaat

 

 

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *