Hipertensi; Mengenal Faktor Risiko, Deteksi, Diagnosis dan Tatalaksana

Hipertensi; Mengenal Faktor Risiko, Deteksi, Diagnosis dan Tatalaksana

Oleh: dr. Adeh Mahardika, Sp.PD. *

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan global yang berakibat peningkatan angka kesakitan dan kematian termasuk di Indonesia. Hipertensi merupakan faktor risiko terhadap kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta atau 34,1%, jika dibandingkan pada Riskesdas tahun 2013 dengan jumlah 27,8%. Maka dari itu, salah satu upaya untuk menurunkan prevalensi dan insiden penyakit jantung dan pembuluh darah akibat hipertensi dibutuhkan tekad kuat dan komitmen bersama secara berkesinambungan dari semua pihak terkait; seperti tenaga kesehatan, pemangku kebijakan dan juga peran serta masyarakat.

Penanganan hipertensi di negara-negara Asia sangat penting, karena prevalensi hipertensi terus meningkat, termasuk di Indonesia. Di sebagian besar negara Asia Timur, penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) sebagai komplikasi hipertensi terus meningkat. Karakteristik spesifik untuk populasi Asia yang berbeda dengan ras lain di dunia yaitu kejadian stroke, terutama stroke hemoragik, dan gagal jantung non-iskemik lebih sering ditemukan sebagai luaran dari hipertensi-terkait penyakit kadiovaskular. Selain itu, hubungan antara tekanan darah dan penyakit kardiovaskular lebih kuat di Asia dibandingkan negara Barat. Saat ini, beberapa negara di Asia telah melakukan berbagai cara untuk mengurangi angka terjadinya hipertensi seperti Thailand, China, Taiwan, Jepang dan Malaysia. Salah satunya mengeluarkan panduan terbaru tatalaksana hipertensi.

Faktor risiko terjadinya hipertensi berdasarkan demografik dan parameter laboratorium yaitu laki-laki > perempuan, bertambahnya usia, merokok, penyakit kolesterol tinggi, asam urat tinggi, diabetes, overweight atau obesitas, riwayat dalam keluarga menderita penyakit jantung dan pembuluh darah pada laki-laki usia <55 tahun dan perempuan <65 tahun, pola hidup inaktif (sedentary), psikososial dan sosioekeonomi.

Diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah ≥140 / ≥90 mmHg (sitolik ≥140 mmHg dan atau diastolik ≥90 mmHg)   pada pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan. Meskipun hasil pengukuran tekanan darah di klinik merupakan standar baku utama dalam menegakkan diagnosis hipertensi, pengukuran tekanan darah pasien secara mandiri dirumah mulai digalakkan. Patut menjadi perhatian, bahwa tekanan darah diukur secara hati-hati menggunakan alat ukur yang tervalidasi dengan persiapan pasien.

Konfirmasi diagnosis hipertensi tak dapat hanya mengandalkan pada satu kali pemeriksaan, kecuali pada pasien dengan tekanan darah yang sangat tinggi, misalnya tekanan darah ≥180 / ≥110 mmHg (sitolik ≥180 mmHg dan atau diastolik ≥110 mmHg) atau terdapat bukti kerusakan target organ akibat hipertensi (hypertension mediated organ damage) misalnya retinopati hipertensif dengan eksudat dan perdarahan, hipertrofi ventrikel kiri, atau kerusakan ginjal.

Penapisan dan deteksi hipertensi direkomendasikan untuk semua pasien berusia >18 tahun. Pada pasien berusia >50 tahun, frekuensi penapisan hipertensi ditingkatkan sehubungan dengan peningkatan angka prevalensi tekanan darah. Home blood pressure monitoring (HBPM) adalah sebuah metoda pengukuran tekanan darah yang dilakukan sendiri oleh pasien di rumah atau di tempat lain di luar klinik (out of office). Tujuan dilakukannya HBPM untuk menegakkan diagnosis hipertensi, terutama dalam mendeteksi hipertensi yang hanya terjadi saat mengukuran oleh tenaga kesehatan (hipertensi jas putih) dan sebaliknya (hipertensi terselubung), memantau tekanan darah, menilai efektivitas pengobatan, penyesuaian dosis, kepatuhan pasien dan mendeteksi resistensi obat.

Cara atau persiapan pasien saat ingin mengukur tekanan darah; pasien harus tenang, tidak dalam keadaan cemas atau gelisah, maupun kesakitan. Dianjurkan istirahat 5 menit sebelum pemeriksaan. Pasien tidak mengkonsumsi kafein maupun merokok, ataupun melakukan aktivitas olahraga minimal 30 menit sebelum pemeriksaan. Pasien tidak menggunakan obat-obatan yang mengandung stimulan adrenergik seperti fenilefrin atau pseudoefedrin (misalnya obat flu, obat tetes mata). Pasien tidak sedang menahan buang air kecil maupun buang air besar. Pasien tidak mengenakan pakaian ketat terutama di bagian lengan. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang tenang dan nyaman. Pasien dalam keadaan diam, tidak berbicara saat pemeriksaan.

Posisi pasien: duduk, berdiri, atau berbaring (sesuai kondisi klinik). Pada posisi duduk: Gunakan meja untuk menopang lengan dan kursi bersandar untuk meminimalisasi kontraksi otot. Posisi melipat lengan bawah dengan siku setinggi posisi jantung. Kedua kaki menyentuh lantai dan tidak disilangkan. Untuk pasien baru terdiagnosis hipertensi, ukur tekanan darah pada kedua lengan. Gunakan sisi lengan dengan tekanan darah yang lebih tinggi sebagai referensi. Pengukuran pada pagi hari dilakukan 1 jam setelah bangun tidur, pasien telah buang air kecil, belum sarapan, tetapi sudah minum obat. Pada malam hari pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum tidur. Pengukuran dilakukan minimal 2 kali setiap pemeriksaan dengan interval 1 menit. Hasil akhir merupakan rerata dari minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu 3 hari atau lebih (dianjurkan 7 hari) dengan membedakan hasil pengukuran pagi dan malam hari. Pengukuran pada hari pertama diabaikan dan tidak dimasukkan dalam catatan.

Tatalaksana non medikamentosa yang harus dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi kejadian hipertensi yaitu; Pola hidup sehat; dapat mencegah ataupun memperlambat awitan hipertensi dan dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Pola hidup sehat juga dapat memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada hipertensi derajat rendah. Pola hidup sehat telah terbukti menurunkan tekanan darah yaitu pembatasan konsumsi garam dan alkohol, peningkatan konsumsi sayuran dan buah, penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal, aktivitas fisik teratur, serta menghindari rokok, dan pembatasan konsumsi garam.

Perubahan pola makan; pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang mengandung sayuran, kacang- kacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh. Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal ; terdapat peningkatan prevalensi obesitas dewasa di Indonesia dari 14,8% berdasarkan data Riskesdas 2013, menjadi 21,8% dari data Riskesdas 2018. Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT >25 kg/m2), dan menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang <90 cm pada laki-laki dan <80 cm pada perempuan.

Olahraga teratur ; olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga teratur dengan intensitas dan durasi ringan memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu. Berhenti merokok; merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.

Penatalaksanaan medikamentosa pada penderita hipertensi merupakan upaya untuk menurunkan tekanan darah secara efektif dan efisien. Meskipun demikian pemberian obat antihipertensi bukan selalu merupakan langkah pertama dalam penatalaksanaan hipertensi. Mulai terapi inisiasi medikamentosa saat tekanan darah ≥ 140/≥ 90 mmHg (sitolik ≥140 mmHg dan atau diastolik ≥90 mmHg), kecuali usia ≥ 80 tahun inisiasi diberikan jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg. Sedangkan target tekanan darah yang diharapkan setelah pola hidup dan medikamentosa yaitu tekanan darah sistolik £ 130 mmHg jika dapat ditoleransi tetapi tidak <120 mmHg, kecuali pasien dengan penyakit ginjal kronik tekanan darah sistolik < 140 hingga 130 jika dapat ditoleransi. Tekanan darah diastolik 70-79 mmHg. Khusus usia >65 tahun target tekanan darah sistolik 130-139 mmHg jika dapat ditoleranis tekanan darah diastolik 70-79 mmHg.

Setelah inisiasi pengobatan hipertensi, tekanan darah seharusnya turun dalam 1-2 minggu dan target tercapai dalam 3 bulan. Jika tekanan darah sudah mencapai target, frekuensi kunjungan kedokter dapat dikurangi hingga 3-6 bulan sekali. Jika tekanan darah ditemukan meningkat pada saat control ke dokter, perlu dilakukan identifikasi penyebabnya. Kenaikan tekanan darah dapat disebabkan antara lain oleh ketidakpatuhan dalam berobat, konsumsi garam berlebih, atau konsumsi zat dan obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah atau mengurangi efek obat antihipertensi (alkohol, obat anti inflamasi non steroid).

Setelah berbagai kemungkinan lain disingkirkan dan dokter meyakini bahwa kenaikan tekanan darah diakibatkan oleh pengobatan yang tidak efektif, maka perlu dilakukan peningkatan regimen obat-obatan sesuai kondisi pasien. Pasien dengan hipertensi harus dihimbau berkala untuk memperbaiki gaya hidup, antara lain penurunan berat badan, diet sehat rendah garam dan rendah lemak, peningkatan aktivitas fisik dan olahraga, serta penurunan konsumsi tembakau. Penghentian merokok terutama sangat bermanfaat untuk mencegah risiko kardiovaskular. Menurunkan dosis obat-obat antihipertensi biasanya dapat dilakukan hanya pada pasien yang sudah melaksanakan modifikasi gaya hidup dengan baik. Penurunan dosis obat dilakukan secara bertahap dengan pemantauan tekanan darah rutin oleh dokter untuk menentukan dosis efektif terkecil.

Penulis adalah; Dosen Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu

 

 

 

 

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *