TENTANG WAKTU…
Oleh: Dr.Ir.Kasman Jaya Saad,M.Si.
Dalam hitungan jam lagi, tahun 2020 akan segera berakhir. Tahun 2020 dipenuhi banyak kisah tentang Pandemi Covid-19. Pandemi COVID-19 memang telah memukul telak berbagai aspek kehidupan kita di muka bumi ini. Perubahan cara hidup kita pun ikut terimbas, yang kemudian oleh pemerintah menyebutnya new normal atau ‘kenormalan baru’, yakni sebuah tatanan baru untuk beradaptasi dengan COVID-19. Secara umum, tatanan baru yang dimaksud adalah membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam skala yang lebih luas dan dilakukan secara masif. Hal yang melatarbelakangi gagasan ini tak lain adalah keperluan untuk tetap menjaga produktivitas dengan cara-cara yang aman selama masa kritis akibat pandemi Covid-19 yang juga belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. Dengan kata lain, new normal dinilai sebagai sebuah skenario untuk mempercepat penanganan pandemi COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Namun tulisan ini tidak sedang mengulas lebih lanjut tentang hidup new normal, melainkan ingin mengajak kita semua untuk bermuhassabah tentang waktu. Sudah berapa banyak amalan kebaikan yang kita telah kerjakan selama setahun terakhir dan lebih banyak mana dengan amalan keburukan kita. Dan momen pergantian tahun ini sejatihnya seperti itu, digunakan untuk lebih memaknainya lebih subtil, tidak sekedar dimaknai sebagai pergantian angka 2020 ke 2021, dan berbagai hiruk pikuk perayaan yang menyesakkan.
Dan kita semua punya jejak rekam aktivitas berkaitan dengan waktu, yang oleh Tuhan, Allah Swt diberikan begitu adilnya. Tak memadang jabatan, popularitas dan status sosial, setiap kita diberi waktu yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dan waktu itu terus bergulir, tak akan pernah berhenti, yang berhenti adalah umur kita, saat kematian datang menjemput. Dan sudah siapkah kita pertanggung jawabkan segala waktu yang terberikan. Adakah waktu hidup hanya digunakan untuk sesuatu hal yang sia-sia, mendekap hidup materialisme begitu kuatnya, sehingga segalanya diberhalakan untuk mencapai kehormatan dunia yang dipenuhi kemaksiatan dan kezaliman. Segala cara digunakan, tak peduli halal haram, yang penting kekuasaan dan harta terperoleh. Hidup pun diukur sebatas materi an sich, kompetisi untuk mencapai derajat tinggi keduniawian. Kita pun menjelma menjadi seonggok mesin pemburu penghasilan, bergerak dari satu tempat dan ke tempat yang lain, melahap informasi, sambil tertawa mengisi perut dan bernyanyi. Hanya itu. Dan lebih fatal lagi jika waktu kita sia-siakan untuk mengerjakan perbuatan yang dimurkai Tuhan, Allah Swt. Dalam managemen waktu, kita diperhadapkan dua pilihan yaitu menyibukkan dengan kebenaran dan menyibukkan dengan perkara yang dimurkai. Waktu kosong yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, pada akhirnya akan mengantarkan kepada kegiatan-kegiatan yang dimurkai. Imam al-Syafi’i pernah mengatakan: “Jika Anda tidak menyibukkan diri dengan kebenaran, maka ia (waktu) akan menyibukkan Anda dengan kebatilan.”
Olehnya, sebelum waktu itu tiba, sebelum jatah umur itu berakhir, maka kita perlu introspeksi diri, bermuhassabah atas segala waktu yang telah digunakan, mumpung masih diberi waktu. Adakah waktu itu digunakan untuk mengingat-Nya dan bermanfaat bagi banyak orang atau sebaliknya, lebih mengisinya dengan kesia-siaan dan kezaliman dengan sesama. Dan semoga kita termasuk orang yang beruntung. Allah SWT menyebutkan sifat-sifat orang yang beruntung, yaitu mereka yang mampu menjaga waktunya dengan beriman dan beramal sholeh . “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh serta saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3). Dalam ayat ini kita bisa menarik pelajaran penting tentang waktu, yaitu bagaimana kita mengisi waktu itu dengan empat hal, yakni; menjaga iman, mengerjakan amal sholeh, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran. Dari situ kita bisa menyimpulkan bahwa waktu itu adalah amanah Allah yang diembankan kepada manusia, dan kita pasti akan diminta pertanggungjawabannya. Itu sebab kita selalu tegak untuk melakukan segala kebaikan dan senantiasa menghabiskan waktu semata-mata untuk lebih dekat dengan-Nya dalam laku terbaik, satunya kata dalam perbuatan, dan gemar menabur kebaikan bagi sesama.
Sungguh, waktu kita di dunia ini amatlah terbatas. Kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Bisa jadi ketika kita mengisi waktu dengan maksiat disaat itulah umur kita berakhir. Naudzubillah Min Dzalik.
Semoga kita dikaruniai akhir hidup dengan kematian yang indah, saat raga kita lagi semangat-semangatnya menjalankan ibadah, dalam ketaatan akan perintah-Nya. Dan semoga waktu yang tersisa selalu dipenuhi kebaikan, selalu dipenuhi keberkahan karena senantiasa beramal dan bekerja untuk memperoleh pahala dan ganjaran yang abadi. Semoga tulisan ini memberi manfaat untuk terus mewaspadai waktu jatah hidup kita di dunia ini. Lantas sudah habiskah waktu kita sekarang? Tentu saja belum !. Saat membaca tulisan ini anda masih hidup, maka dari itu tetap waspada. Waspada setiap saat adalah sebuah keniscayaan sikap, karena waktu akhir hidup tak dapat diprediksi. Selamat tahun baru 2021 Miladiyah.
Penulis adalah Dosen Universitas Alkhairaat Palu