PERAN SASTRA DALAM ILMU PARENTING

PERAN SASTRA DALAM ILMU PARENTING

Oleh: Rani Fardani, S.S.,M.Pd.*

“Zzz..zzz..zzz.” terdengar lirih suara dengkuran dua anak balita yang hampir setiap malam diajak bercerita ataupun diceritakan dongeng singkat untuk menjemput kantuk si anak. Entah si anak mengerti ataupun tidak, tentang bahasa dari cerita ataupun dongeng yang disampaikan orang tuanya, namun orang tuanya secara bergantian melakukan aktivitas tersebut. Bercerita ataupun mendongeng merupakan salah satu bentuk karya sastra anak, lalu apa gunanya ber-sastra terhadap anak?

Sastra berasal dari bahasa Sanskerta, shaas artinya mengajar, mengarahkan, memberi petunjuk, nasihat atau instruksi, dan tra artinya alat, sarana atau media, sehingga dapat diartikan sastra sebagai media penyampai pesan baik secara lisan maupun tulisan.

Sedangkan parenting berasal dari bahasa Inggris, parent berarti orang tua, sehingga ilmu parenting dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana proses keterampilan dalam mengasuh anak. Dikutip dari Lombok Post (2024), menurut Aisyah Dahlan seorang dokter pakar neuroparenting skill, parenting diartikan sebagai strategi pengasuhan yang bertujuan mempererat hubungan antara orang tua dan anak karena anak-anak di segala usia cenderung merasa senang untuk berkomunikasi dengan orang tua mereka, tidak takut untuk menyampaikan dan mengungkapkan apa-apa yang ada pada diri anak. Aisyah juga mengemukanan bahwa proses pembelajaran dan pengajaran berperan penting dalam aktivitas otak anak, koneksi antar otak tidak hanya berlangsung secara fisik di otak tetapi juga melibatkan perasaan atau intuisi di hati atau bahkan di jantung. Pola pengasuhan anak merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, dan intelektual anak sejak bayi hingga dewasa.

Seorang anak, pertama kali mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga terutama oleh orang tua mereka. Pendidikan dalam keluarga mengajarkan tentang karakter dan pemahaman sikap yang baik dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Bagaimana mengajarkan anak-anak tentang kehidupan?. Salah satu cara adalah melalui sastra. Sastra berperan sangat penting dalam proses belajar anak, dan juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, kepribadian dan mental anak, kreativitas dan imajinasi anak dan terutama akhlak anak. Pembelajaran sastra pada anak tidak hanya diterapkan dalam dunia pendidikan saja tetapi juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Fokus utama sastra pada anak adalah karya yang mendidik dan menyenangkan, karena dunia anak adalah dunia penuh imajinasi yang biasanya sangat liar dan tidak terikat. Anak menyukai cerita dari tokoh-tokoh yang dihidupkan dari apapun yang ada disekitar mereka tanpa mereka memedulikan benar atau tidaknya cerita tersebut. Anak akan menyerap semua yang mereka dengar, lihat ataupun baca tanpa memedulikan apakah cerita tersebut sesuai dengan usia mereka, sehingga orang tualah yang berperan untuk mengajarkan dan memilah-milih cerita mana yang cocok dengan usia perkembangan mereka.

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang sholeh-sholehah, baik dan cerdas. Bagaimana mewujudkan harapan oang tua tersebut, dibutuhkan metode yang disesuaikan dengan tingkat usia anak yakni melalui kegiatan ber-sastra, baik itu sastra tulis ataupun sastra lisan. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra dapat mengajarkan berbagai hal kepada anak, misal mengajarkan anak bagaimana bersikap pada orang tua, yakni melalui dongeng Malin Kundang, atau ceita lokal masyarakat suku Kaili-Sulawesi Tengah yakni Randa Ntovea ante Bengga Bula (putri yang disayangi dan kerbau putih) dari tanah Kaili yang mengisahkan tentang penyakit yang diderita putri raja ataupun cerita-cerita lainnya yang bahasanya mudah dipahami. Lebih lanjut lagi, orang tua dapat mamantik feed-back anak dari kegiatan bercerita yang didengarnya.

Salah satu contoh ber-sastra pada anak adalah bercerita sebelum tidur. Hal ini dapat mempengaruhi kecerdasan anak dan lebih utama membentuk bounding atau ikatan emosional antara anak dan orang tua. Banyak ajaran dan nilai yang dapat dialirkan oleh orang tua ke anak melalui kegiatan ber-sastra sebelum tidur, mulai dari: (1) intellectual quotient/kecerdasan intelektual: yakni mengajarkan kosakata melalui kegiatan bercerita sehingga mereka memperoleh penambahan kata-kata baru bagi bayi-batita-balita-anak. Melalui kegiatan ber-sastra sebelum tidur orang tua dapat menggunakan bahasa yang mudah dan paling dekat dilihat di sekitar anak secara berulang-ulang sehingga memori lingustik anak dapat menyerap dengan sempurna pengulangan kosakata tersebut. Orang tua juga dapat membantu anak untuk mengucapkan kosakata baru tersebut jika anak berinteraksi untuk ikut mengucapkan bahasa yang baru didengarnya, (2) emotional quotient/ kecerdasan emosional: yakni mengenalkan dan megajarkan anak tentang kondisi emosi misal saat rasa senang, sedih, bahagia, marah, kecewa, tertawa melalui tokoh-tokoh cerita yang dihadirkan oleh orang tuanya serta bagaimana cara mengatasi dan mengontrol kondisi emosi tersebut jika bermasalah, (3) social quotient/ kecerdasan sosial: melalui kegiatan ber-sastra orang tua dapat mengajarkan anak bagaimana berbuat baik dalam bermasyarakat, misal nilai tentang berucap tolong jika meminta bantuan, berucap terimakasih ketika ditolong dan berucap maaf jika berbuat salah, (4) spiritual quotient/ kecerdasan spiritual: yakni melalui kegiatan ber-sastra orang tua dapat membentuk akhlak anak sejak dini sesuai yang diajarkan dalam agama dan mengenalkan konsep ketauhidan dengan bahasa yang mudah dipahami anak.

Selain kegiatan bercerita menjelang tidur, ada pula kondisi-kondisi lain yang sadar ataupun tidak juga merupakan aktivitas ber-sastra dalam parenting, misal: ketika anak menangis, orang tua berusaha bernyanyi baik itu berbahasa Indonesia ataupun berbahasa daerah, atau ketika anak sudah mulai tertarik melihat buku dan membolak-balikkan halamannya, orang tua dapat mengajarkan nama-nama dari gambar yang ditunjukkan dalam buku tersebut. Contoh-contoh keseharian tersebut menandakan bahwa sastra adalah sesuatu yang amat akrab dengan kehidupan sehari-hari terkhusus dalam dunia parenting, namun terasa seperti asing. Hal tersebut dikarenakan minimnya literatur sastra anak apalagi yang berciri khas kelokalan daerah sehingga kita hanya menggunakan literatur yang itu itu saja.

Sastra diharapkan mampu menjadi alat atau media aktif dalam membangun peradaban bangsa. Melalui karya sastra dan penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari, seseorang atau dalam hal ini orang tua tidak hanya mengembangkan imajinasi anak tetapi juga mewariskan  nilai-nilai kearifan lokal kepada generasi selanjutnya sejak dini. Sastra dapat dijadikan kendaraan yang sangat efektif untuk menjalankan peran parenting, karena melalui kegiatan bersastra akan tercipta hubungan komunikasi yang sangat aktif antara anak-orang tua. Akhirnya, kunci terpenting untuk menutup hari sang anak adalah jangan lupa mengisi tangki cinta mereka dengan memberikan sentuhan fisik energi cinta-kasih melalui pelukan hangat, kecupan di kening sambil menghadiahi dengan bahasa positif, “kamu sangat hebat hari ini anakku!”

Penulis adalah; Dosen Fakultas Sastra Universitas Alkhairaat

 

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *