Teladan dari Ustadz Zamrud Lakawa, Delapan Anaknya Sarjana Di Unisa
Palu-wartakiat| Kisah sukses orang tua menyekolahkan semua anaknya hingga sarjana diberbagai perguruan tinggi itu sudah lumrah.
Namun tidak bagi ustadz Zamrud Lakawa, delapan orang anaknya, mengenyam pendidikan dan menyelesaikan studi strata satu (S1), hanya disatu perguruan tinggi saja. Universitas Alkhairaat (Unisa).
Pasangan ustadz Zamrud Lakawa, Ibu Djanaweni Langgauja(almarhumah), berhasil mendidik delapan anaknya dengan ilmu agama yang mereka dapatkan langsung dari Alkhairaat. Lembaga Pendidikan yang didirikan oleh ulama besar Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri.
Suatu ketika, menurut cerita salah seorang anaknya, Muh.Nuur Lakawa, bapaknya, yang kini berusia 80 tahun itu yang biasanya kuat dan tegar, pada tahun 2007, ia tidak mampu menahan kesedihannya tak kala permata hatinya, ibu Djanaweni, (ibu mereka) yang telah mendampinginya puluhan tahun dipanggil oleh Allah SWT.
Ustadz Zamrud, begitu beliau disapa, bermodalkan pendidikan muallimin 4 tahun di Alkhairaat pada tahun 1962, telah menginspirasi para orang tua, khususnya, abnaulkhairaat dalam mendidik anak-anaknya, mulai dari tingkat dasar Ibtidaiyah Alkhairaat hingga perguruan tinggi Universitas Alkhairaat.
Dimulai dari anak sulungnya, Zubair Lakawa,S.Ag, pria kelahiran Pandere,19 April 1972 itu masuk Unisa pada tahun 1990/1991, Fakultas Syariah/Peradilan Agama (waktu itu masih bernama STISYAR), dan menyelesaikan studinya pada tahun 1995/1996.
Zubair muda dikenal sebagai seorang aktivis yang disegani dikampus ketika itu. Lazimnya para aktivis, Zubair menyelesaikan studi lebih dari empat tahun.
Saat ini, ustadz Zubair diamanahkan sebagai Kepala Madrasah Aliyah Alkhairaat Manado sekaligus sebagai Pelaksana Pimpinan Pondok Pesantren Alkhairaat Kota Manado.
Bersama keluarga kecilnya, ia kini tinggal di Kelurahan Mapanget Barat Kec. Mapanget Kota Manado. Sulawesi Utara.
Nawir Lakawa, SE, putera kedua kelahiran Pandere, 23 november 1973 itu memilih Fakultas Ekonomi, Program Studi Manajemen tahun 1993.
Lama bergelut dengan dunia jurnalistik, Wiro sapaan akrabnya, baru menyelesaikan studi tahun 2001. Langsung terangkat sebagai guru PNS, kini ditugaskan di Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Alkhairaat di kampung halamannya, Pandere.
Selanjutnya, Nailah lakawa S. Ag, juga lahir di Pandere, 10 september 1975, mengikuti Orientasi Studi Ta’aruf Kampus pada tahun 1996. Nailah memilih Fakultas Agama Islam, Program Studi, Akhwalussasiyah. Menariknya, ia menyelesaikan studi bersamaan dengan sang kakak Nawir Lakawa pada tahun 2001. Kini, Nailah dipercayakan sebagai sekretaris KUA Kecamatam Gumbasa, Kabupaten Sigi.
Mufti Lakawa, S. Pd.I, kelahiran Pandere, 19 Agustus 1977, pertama kali mengenyam pendidikan di Unisa tahun 1999, ia melabuhkan pilihannya pada Fakultas Agama Islam, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Selesai studi tahun 2006. Kini, Mufti diamanahkan sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah Alkhairaat Pandere sekaligus Kepala Desa Sidondo IV.
Bahrain Lakawa SE, mengikuti jejak kakak keduanya, Nawir mengambil konsentrasi Manajemen tahun 2001, pria kelahiran Pandere, 21 Januari 1980 itu menyelesaikan studinya tahun 2006 bersamaan dengan kakak keempatnya Mufti Lakawa.
Saat ini, Bahrain mengabdikan dirinya disekolah yang dipimpin sang kakak di kampung halamannya.
Putera ustadz Zamrud yang keenam, Rastam Lakawa, lahir dan besar di desa Pandere 20 Agustus 1984, mengikuti OSTAK tahun 2005, ia menjatuhkan pilihan pada Fakultas Agama Islam, Program Studi Pendidikan Agama Islam dan selesai tahun 2009.
Berbeda dengan kakak-kakaknya, Rastam selesai tepat waktu, prinsipnya, sukses organisasi, selesai tepat waktu. Selama kuliah ia pernah memegang jabatan penting di Pramuka, sebagai Ketua Racana Syubbanul Khairaat UNISA Palu.
Saat ini, Rastam didapuk sebagai Kepala MDA Alkhairaat Pandere, sekaligus sebagai Pembina Pramuka Gugus Depan Pangkalan MTs dan MA Alkhairaat Pandere juga sebagai guru dikedua sekolah tersebut.
Puteri ketujuh, Zubaedah Lakawa, mulai kuliah di Unisa tahun 2006, wanita kelahiran Pandere, 05 Oktober 1987 itu tertarik menjadi seorang guru dengan menempah dirinya di Fakultas Agama Islam (FAI), Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan selesai tepat waktu tahun 2010.
Karena prestasinya itu, Zubaedah dipercayakan sebagai Kepala Madrasah Aliyah Alkhairaat Pandere.
Muh Nuur Lakawa, Putera bungsu pasangan ustadz Zamrud dan almarhumah Djanaweni itu, prestasinya lebih mentereng lagi, lelaki kelahiran Pandere, 26 Maret 1989 itu berlabuh di Unisa tahun 2007, sejak kecil memang bercita-cita menjadi guru agama seperti ayahnya, ia menyelesaikan studi tepat waktu pada Program Studi Pendidikan Agama Islam tahun 2011.
Selama kuliah, Nuur Lakawa pernah menjabat Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah (HMJ-TAR) Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa FAI dan Sekretaris Umum BEM Unisa.
Saat ini Nuur Lakawa, mengikuti jejak kakaknya mengabdikan dirinya di sekolah Alkhairaat yang telah dirintis ayahnya di desa Pandere.
Tidak hanya delapan anaknya, salah seorang cucunya, Farhah, anak dari Mufti Lakawa, kini tengah mengenyam pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) semester dua.
Menurut Nuur Lakawa, alasan mereka bersaudara menimbah ilmu di Perguruan Tinggi yang didirikan Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua), karena kecintaan mereka terhadap Alkhairaat dan amanah sang pendiri kepada ayah mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya di Alkhairaat. (rl)