MANFAAT JAMUR PELAPUK PUTIH (White Rot Fungi)
Oleh : Dr. Ir. Sitti Sabariyah, D., M.Si
Jamur pelapuk dikenal ada tiga jenis yaitu jamur pelauk putih (White rot fungi), Soft rot fungi dan jamur pelapuk coklat (brown rot fungi). D’Souza et al (1996) jamur pelapuk putih mampu mendegradasi seluruh komponen material lignoselulosa termasuk lignin, sedang jamur busuk cokelat lebih cenderung mendegradasi bagian selulosa dan hemiselulosa tetapi tidak lignin. Kelompok peroksidase (lignin peroksidase [LiP] dan mangan peroksidase [MnP] yang menggunakan H2O2 dan laccase (polifenol oksidase) yang menggunakan molekul oksigen berperan dalam mendegradasi lignin.
Jamur umumnya memiliki selulase karena habitatnya di alam adalah bahan organik yang mengandung selulosa, seperti serasah, batang atau cabang-cabang pohon yang sudah mati atau membusuk maupun yang masih segar, dan pada bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti tekstil, kertas, kanvas, kapas, dan bahan kayu untuk bangunan. Selulase melibatkan 3 komponen, yaitu: endo-β-1, 4-glukanase (endoselulase, karboksimetil selulase atau CMase), ekso-β-1,4-glukanase (selobiohidrolase, aviselase, atau C1selulase), β-,4 glukosidase atau selobiase (Sanchez, 2009) menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh mikroorganisme. Enzim ini juga sangat baik mendegradasi senyawa pestisida dan limbah beracun (Srebotnik et al 1998). Hal tersebut dikarenakan untuk mendepolimerisasi dan memineralisasi lignin, kapang pelapuk putih memiliki sistem oksidatif non spesifik meliputi beberapa ekstraselular oksidoreduktase, metabolit dengan bobot molekul rendah, dan kerja oksigen yang sangat efektif (Saparrat et al ., 2002).
Jamur pelapuk putih seperti P. crysosporium merupakan mikroorganisme yang diketahui mampu mendegradasi lignin secara ekstensif menjadi CO2 dan H2O. Mikroorganisme ini juga mampu menguraikan semua polimer-polimer utama seperti selulosa dan hemiselulosa. Jamur ini diketahui mampu memproduksi lignin peroksidase yang dapat mendgeradasi lignin selain itu jamur ini juga memproduksi enzim mangan peroksidase. Dimana kedua enzim ini merupakan komponen utama dalam sistem penguraian lignin (Nasrul et al , 2006).
Lignin dapat didegradasi oleh kapang pelapuk kayu tetapi hanya dapat didegradasi secara sempurna oleh kapang pelapuk putih (white-rot fungi). Kapang ini dapat mendegradasi polimer selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan bantuan enzim ekstraseluler . Kapang ini mampu mensekresikan dua jenis enzim lignolitik yaitu LiP dan MnP. Degradasi lignin LiP merupakan enzim utama dalam proses degradasi lignin karena mampu mengoksidasi unit non fenolik lignin. MnP berperan dalam oksidasi unit fenolik (Suparjo, 2008).
Menurut Soilman et al (2000) kapang pelapuk putih dapat menaikkan nilai gizi dari tongkol jagung yang digunakan sebagai makanan ternak. Hammel (1996), kapang ligninolitik tidak hanya menggunakan lignin sebagai satu-satunya sumber energi dan karbon bagi pertumbuhannya, tetapi juga beberapa polisakarida yang ada pada substrat lignoselulosik, dan fungsi utama ligninolisis adalah untuk membuka polisakarida sehingga polisakaridanya (selulosa dan hemiselulosa) dapat dipecahkan oleh kapang. D’Acunzo et al (2002) kapang pelapuk putih mendepolimerisasi oksidatif lignin dengan mensekresi beberapa enzim, seperti lignin peroxidase, manganese peroxidase, lakase..
Jamur pelapuk putih “White-rot fungi” mampu menggunakan selulosa sebagai sumber karbon substrat untuk pertumbuhannya dan mempunyai kemampuan mendegradasi lignin. Pada umumnya Basydiomicetes white-rot mensintesis 3 macam enzim, yaitu Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-peroksidase (MNPs) dan Laccase. Ketiga enzim tersebut sangat berperan dalam proses degradasi lignin (Srinivasan dkk., 1995). Enzim-enzim tersebut juga mampu mengoksidasi senyawa-senyawa fenol. Dilaporkan, sebagian besar reaksi degradasi lignin oleh Basydiomicetes dikatalisis oleh enzim lignin peroksidase, Mn peroksidase (Addleman et al., 1995).
Proses degradasi lignin oleh “white rot fungi” juga berguna untuk bioremediasi. Jamur white rot menguraikan lignin melalui proses oksidasi menggunakan enzim phenol oksidase menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh mikroorganisme (Sanchez, 2009). Jamur pelapuk kayu mempunyai kemampuan merombak komponen kayu seperti selulosa dan lignin dari senyawa kompleks menjadi senyaawa sederhana sehingga dapat diabsorbsi dan dimetabolisme (Herliyana et al 2011a; 2011b). Penggunaan P.Sanguineus dan Pleurotus djamor pada pengujian ketahanan kayu menghasilkan perbedaan persentase penurunan berat kayu, dimana penurunan berat kayu 31,09% oleh P sanguineus dan 20,51 % P.djamor. Selanjutnya dikatakan kedua jamur tersebut memiliki miselium yang sangat tebal sehingga keduanya mampu mendegradasi kayu lebih cepat (Herliyana et al ., 2011a)
Besarnya nilai penurunan bobot akibat serangan jamur. Hal ini menunjukkan tingkat serangan jamur terhadap kayu tersebut. Jamur S.commune Fr., merupakan salah satu jenis jamur pelapuk kayu yang potensial dan dapat tumbuh secara alami pada batang pohon maupun pada limbah kayu asal hutan. Pertumbuhaannyapun relatif mudah dan cepat. Jamur pelapuk kayu merupakan golongan jamur yang dapat merombak selulosa dan lignin sehingga kayu menjadi lapuk kekuatan serat elastisitasnya turun dengan cepat (Herliyana et al, 2011b).
Jamur pelapuk putih (white rot fungi) sudah terbukti banyak digunakan pada perbaikan nilai nutrisi pakan serat terutama bahan limbah pertanian. Beberapa jenis jamur yang sering digunakan pada usaha peningkatan nilai nutrisi adalah Phanerocaeta crysosporium, Trichoderma, Pleurotus sajor caju, Marasmius sp, Ganoderma sp (Raghuwanshi et al., 2014), Pleurotus ostreatus, Pleurotus pulmonaris dan Pleurotus tuberregium (Akinfemi and Ogunwole, 2012). Kebanyakan jamur tersebut juga digunakan dalam pembuatan pulp atau bubur kertas untuk memperbaiki kualitas kertas. Jamur tersebut antara lain; Phanerocaeta crysoporium Burds (Istikowati, 2010) Phlebia sp., MG-60 (Kamei et al., 2014), Pleuratus ostreatus dan Trametes versicolor (Fatriasari et al., 2009), dan masihbanyak lagi penelitian yang mengkaji tentang jamur baik White rot maupun Brown rot fungi.
Umumnya jamur yang saat ini banyak digunakan untuk fermentasi bahan limbah pertanian juga digunakan dalam menguji kemampuan jamur dalam pelapukan kayu, yang jenis jamur tersebut diisolasi dari kayu. Salah satu contoh adalah Phanerocaeta crysosporium merupakan jamur yang sudah banyak digunakan pada usaha memperbaiki nilai nutrisi bahan pakan serat dan mempunyai kemampuan yang besar dalam melapukkan kayu.
Hasil penelitian Suprapti et al.,(2002) dengan menggunakan 13 jenis jamur (Soft rot fungi, White rot fungi, Brown rot fungi, Wood rot fungi) terhadap lima jenis kayu dan diuji kemampuan merusak kayu. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa kemampuan merusak kayu delapan tertinggi (berdasarkan kehilangan berat) adalah Pycnoporus sanguineus HHB-324, Tyromyces palustris FRI Japan- 507, Phanerocaeta crysosporium HHB-238, Polyporus sp.HHB-209, Schizophyllum commune HHB-332,Phlebia brevispora Mad., Trametes spHHB-332, Pycnoporus sanguineus HHB-8149. Dari delapan jamur yang digunakan terdapat white rot fungi adalah Pycnoporus sanguineus HHB-324, Phanerocaeta crysosporium HHB-238, Schizophyllum commune HHB-332,Phlebia brevispora Mad., Trametes spHHB-332, Pycnoporus sanguineus HHB-8149. Suprapti dan Djarwanto, (2014) menggunakan sebelas jenis jamur, kemampuan melapukkan kayu bervariasi tergantung pada strain jamur yang menyerangnya. Kemampuan melapukkan kayu berturut-turut P.sanguineus HHBI-324, P.sanguineus HHBI 348, Polyporus sp HHBI-209, Trametes sp., Polyporus sp.HHBI-371, S.commune, C. Globossum, P.sanguineus HHBI-345, P.sanguineus HHBI-8149, Marasimus sp., D.spathularia. Suprapti dan Djarwanto (2004) kemampuan melapukkan kayuberagam tergantung jenis kayu yang digunakan dan jenis jamur yang menyerangnya. Kemampuan melapukkan kayu tertinggi didapatkan pada P.sanguineus HHB-324, Tyromyces palutris, P.crysosporium, Polyporus sp., S.commune, P.brevispora, Trametes sp., P.sanguineus HHB-8149, C. Versicolor, L.Lapideus, D. spathularia, P.Placenta, C. Placenta C.globosum. Sun et al. (2011) penggunaan Trametes hirsuta Yj9 lignin terdegradasi sebesar 71,49% setelah dilakukan perlakuan pendahuluan selama 42 hari. Styawati et al.,(2014) menggunakan Trametes sp.pada daun nanas dengan lama fermentasi 0, 2, 4 dan 6 hari. Penggunaan Trametes sp. berpengaruh pada kadar bahan kering, kadar serat kasar dan kadar abu. Semakin lama waktu fermentasi maka kadar bahan kering, kadar serat kasar dan kadar abu semakin menurun.
Atas dasar kemampuan jamur tersebut merusak kayu sehingga ingin mencoba mengaplikasikan ke tandan kosong kelapa sawit dengan tujuan perbaikan nilai nutrisi untuk dijadikan pakan. Kerusakan pada kayu sebagai indikator kemampuan jamur white rot fungi tersebut mendegradasi lignin, hanya saja kehilangan lignin dan bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak belum diketahui. Oleh sebab itu penelitian ini akan menguji jenis jamur terbaik dalam hal mendegradasi lignin pada tandan kosong kelapa sawit. Diharapkan kehilangan bahan seperti selulosa dan hemisellulosa dan bahan organik lain yang dapat dimanfaatkan ternak seminimal mungkin, sehingga penggunaan jamur dalam meningkatkan nilai nutrisi menjadi maksimal.
Penulis : Dosen Tetap Universitas Alkhairaat