TAMBAK UDANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

TAMBAK UDANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Oleh: Sonny Lahati, S.Pi.,M.Si.*
Sulawesi Tengah saat ini sedang giat-giatnya melakukan penanaman modal untuk budidaya udang intensif, berbagai perusahaan membuka tambak berskala besar. Dalam jangka menengah terlihat  menguntungkan, akan tetapi dalam jangka panjang perlu penerapan sistem tambak yang berwawasan lingkungan. Disisi lain, konflik tanah berpotensi  terjadi.

Pencemaran akibat hasil pengelolaan tambak udang jarang dibicarakan publik, pokoknya tambak udang menghasilkan devisa menguntungkan dan membuka lapangan kerja. Sistem akuakultur intensif berkaitan dengan bagaimana menghasilkan ikan atau udang secara efisien. Akuakultur intensif mensyaratkan faktor pakan dan penggunaan kincir serta kecukupan oksigen air tambak.

Kecukupan oksigen yang tinggi sehingga sistem itensif  yang menggunakan kincir air atau blower dapat meningkatkan oksigen. Dua faktor pembatas penting dalam sistem akuakultur intensif adalah kualitas air dan aspek ekonomi. Dilain sisi, bahwa masalah utama cepatnya terkumpul sisa pakan, bahan organik dan senyawa nitrogen toksik. Hal ini dapat dihindari karena ikan memanfaatkan hanya 20%-30% nutrient pakan.

Hasil penelitian Primavera (1991)) yang dimanfaatkan oleh udang 17 %. Sisanya dikeluarkan dari tubuh udang dan umumnya terkumpul dalam air. Hal ini pada gilirannya akan menimbulkan pencemaran pada perairan sekitar.

Dalam usaha budidaya udang vanname, pakan merupakan biaya produksi yang paling besar (Nababan dkk., 2015). Biaya yang dikeluarkan untuk pakan pada usaha budidaya udang vanname mencapai 60-70% dari total biaya. Menurut Craigh (2002) meskipun melalui manajemen yang sangat baik, pakan yang diberikan kepada ikan pasti akan menimbulkan limbah. Dari 100 unit pakan yang diberikan kepada ikan, biasanya sekitar 10% limbah padatan dan 30% limbah cair yang dihasilkan ikan. Menurut hemat penulis, begitu juga dalam konteks budidaya udang.

Untuk pertumbuhan, udang memerlukan pakan. Pada budidaya intensif dan semi intensif pakan diberikan secara berlebihan. Pada kondisi ini, pakan harus memenuhi persyaratan dalam hal kelayakan nutrisi, sifat fisik, serta pengelolaan pakan yang tepat. Kelayakan nutrisi dapat dilihat dari kelengkapan dan keseimbangan butriennya, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Sifat fisik pakan, pada umumnya dilihat dari stabilitas pakan, yaitu ketahanannya untuk tidak hancur, terurai, atau tercuci dalam air. Pengelolaan pakan meliputi penentuan jumlah, ukuran dan bentuk pakan, serta frekuensi, waktu, dan cara pemberian pakan. Dan pengontrolan pakan melalui ancho. Pakan secara langsung menentukan pertumbuhan.’ Dalam ekosistem tambak, tidak semua pakan yang diberikan dapat dimakan oleh udang.

Sebagian sisa pakan akan tersuspensi  dalam air dan sebagian besar lainnya akan mengendap didasar tambak. Penguraian bahan organik sisa pakan tersebut akan memerlukan oksigen. Dengan demikian penambahan bahan organik secara langsung akan meningkatkan penggunaan oksigen di lingkungan tambak. Kondisi ini akan terus berjalan sampai titik kritis yang menyebabkan terjadinya deplisit oksigen. Selanjutnya, penguraian bahan organik tersebut akan berjalan dalam kondisi anaerobik yang akan menghasilkan amonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S). Kedua gas tersebut bersifat toksik dan dapat menghambat pertumbuhan udang sampai dengan mematikan.

Kondisi lingkungan tambak yang mengandung banyak sisa bahan organik dapat menyebabkan dua hal, yaitu udang mengalami tekanan fisiologis diluar toleransinya, serta menurunnya daya tahan udang terhadap penyakit. Salah satu penyakit udang yang diyakini disebabkan oleh jenis virus sama adalah ‘white spot disease. Berbagai masalah yang telah diuraikan tersebut di atas dapat diperbaiki dengan empat cara, yakni, melalui manajemen biota, manajemen lingkungan, manajemen pakan yang baik dan  manajemen kualitas air.

Konsep tambak berwawasan lingkungan
Konsep budidaya udang berwawasan lingkungan menurut ahli Yoseph Siswanto (2002), senantiasa memperhatikan hal-hal sebagai berikut, pertama, tambak mempunyai daya dukung tertentu dan terbatas. Daya dukung tambak tergantung dari  kualitas tanah, kualitas air, volume air dalam tambak, kemampuan ganti air dan persiapan tambak. Kedua,tambak mempunyai kemampuan untuk membersihkan diri. Hal ini dapat terjadi bila ekosistem dalam lingkungan (tambak) itu seimbang, yang berarti pada lingkungan tersebut akan terjadi proses aliran energi, daur nutrien dan kontrol, yang secara keseluruhan disebut homeostastis ekosistem yang dapat berakibat pembersihan diri dari berbagai pollutant. Ketiga, pemenuhan kebutuhan biologi bagi udang yang dipelihara. Untuk dapat memenuhi kebutuhan biologi udang, kita harus mengetahui sifat biologi udang, seperti, omnivora dan pemakan lambat, bentic, nocturnal, amonothelic dan kanibal. Dari sifat biologi ini, maka diperlukan adanya perlakuan tertentu pada budidaya yang menyangkut design kontruksi tambak, pemberian pakan, management air dan lain-lain. Keempat, pembatasan pemakaian obat-obatan dan bahan kimia lainnya. Obat-obatan khususnya antibiotik dapat diibaratkan madu dan racun, sebagai madu bila digunakan secara efektif dan sebagai racun bila salah penggunaan. Antibiotik sebenarnya hanya boleh digunakan untuk menanggulangi infeksi bakteri yang masih sensitif, dengan dosis yang benar dan jangka waktu yang cukup (7-10 hari). Kelima, perlu adanya kerjasama antara penambak dalam hal, tata letak tambak, saluran tambak, membuang air, panen dan model pengembangan budidaya udang ramah lingkungan.

Pengelolaan tambak intensif berwawasan lingkungan, dapat menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat, dengan menerapkan manajemen pengelolaan pakan serta perbaikan pengelolaan pemasukan air tambak yang bersumber dari laut, serta pengeluaran air tambak saat panen atau pergantian air. Dengan pola menggunakan instatalasi penampungan air sebelum dibuang ke laut. Hal ini untuk menghindari pencemaran air tambak. Sebagaimana berbagai penyakit udang didaerah-daerah lain yang mengakibatkan resiko kerugian bagi pemilik usaha tambak intensif.

*Dosen Program Studi Sumberdaya Akuatik, Fakultas Perikanan, Universitas Alkhairaat.

Redaksi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *